BAB I
A. Pendahuluan
Taman Kanak-kanak,
Raudhatul Athfal atau yang sejenisnya merupakan salah satu bentuk pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal untuk rentang usia empat sampai
dengan enam tahun. Pendidikan anak usia dini aatau taman kanak-kanak, pada
hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak yang bertujuan
membentuk karakter dan kepribadian anak. Oleh karena itu pendidikan untuk anak usia
dini khususnya taman kanak-kanak atau raudhatul athfal perlu menyediakan
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang
meliputi kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, motorik. seni,
moral, nilai-nilai agama dan kemandirian.
Pengalaman belajar seperti
apa yang memungkinkan anak berkembang seluruh aspek ? Menurut Pestalozzi, Pendidikan Taman
Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal hendaknya menyediakan pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan, bermakna, dan hangat seperti yang diberikan oleh orang tua di
lingkungan rumah (Masitoh:2003).
Senada dengan hal tersebut, Solehudin
(1997) mengungkapkan bahwa: ”Secara umum pendidikan prasekolah dimaksudkan
untuk menfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan. Pendidikan prasekolah hendaknya
tidak berorientasi akademik, tetapi hendaknya dapat menyediakan pengalaman-pengalaman
belajar bagi anak. Disamping itu program pendidikan prasekolah harus
disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan perkembangan anak.”
Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak :
a. Internal :
1. Kesehatan
2. Intelegensi
3. Minat dan motivasi
4. Cara belajar
b. Eksternal :
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Lingkungan sekitar
B.
Latar Belakang
Anak usia dini adalah kondisi dimana
seorang manusia berada di masa emas. Pada masa itu terjadi lonjakan yang luar
biasa pada perkembangan otak anak, yang tidak terjadi pada periode berikutnya.
Untuk mengoptimalkan potensi perkembangan, setiap anak membutuhkan asupan gizi,
perlindungan kesehatan, pengasuhan, dan rangsangan pendidikan yang sesuai
dengan tahap perkembangan. Para ahli telah meneliti bahwa sekitar 50%
perkembangan otak anak terjadi pada usia 0 – 4 tahun. Dengan demikian harus
diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadikan anak lebih
berkualitas. Tentunya dengan memberikan rangsangan pendidikan yang tepat, sejak
anak dalam kandungan. Seiring dengan bertambahnya usia anak tentunya
membutuhkan rangsangan yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan
pendidikan baik dirumah maupun di luar rumah. Rangsangan pendidikan di luar
rumah sudah dapat dimulai setelah anak berusia 3 bulan. Kegiatan bermain
memiliki arti penting dalam memberikan layanan pendidikan anak usia dini.
Kegiatan main yang terarah akan memberikan pengaruh positif terhadap
perkembangan seluruh potensi anak yang meliputi aspek pengembangan nilai-nilai
moral dan agama, kognitif, bahasa, social-emosional, seni, motorik dan
kemandirian anak, Untuk membantu para pendidik memahami dan menyiapkan materi pembelajaran
yang berkaitan dengan pembelajaran untuk anak usia dini yang menyenangkan
melalui bermain, maka dibuatkan bahan belajar. Bahan belajar tersebut
diharapkan menjadi referensi bagi pendidik dalam menyiapkan materi yang
berkaitan dengan kegiatan bermain yang berkualitas. Semoga bermanfaat dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini
C. Rumusan
Masalah
Ø
Mengenal
karakteristik Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini
Ø
Bagaimana
cara menciptakan bahan ajar yang berpusat pada pembelajaran Anak
Ø
Bagaimana
cara mengembangkan potensi anak usia dini
Ø
Metode apa
yang harus diterapkan dalam pendidikan Anak Usia Dini
Ø
Bagaimana
cara meletakan Dasar pengembangan ke arah sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya
Ø
Bagaimana Strategi
Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini
D. Tujuan
Tujuan
program kegiatan Pembelajaran Anak Usia Dini adalah membantu meletakkan dasar
ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar Anak Usia Dini
meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral
pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta
pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru
meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta,
keterampilan, dan jasmani. Untuk mencapai tujuan itu, perlu digunakan metode
pengajaran yang sesuai bagi pendidikan Anak Usia Dini. Ada hal penting yang
harus dikuasai oleh pendidik Anak Usia
Dini agar dapat memahami kemampuan unik anak didiknya. Kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki oleh anak yang mengalami perkembangan Anak Usia Dini adalah
sebagai berikut:
1. Berkembang
menjadi pribadi yang mandiri
2. Belajar
memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang
3. Belajar
bergaul dengan anak lain
4. Mengembangkan
pengendalian diri
5. Belajar
bermacam-macam peran orang dalam masyarakat
6. Belajar
untuk mengenal tubuh masing-masing
7. Belajar
menguasai keterampilan motorik halus dan kasar
8. Belajar
mengenal lingkungan fisik dan mengendalikannya
9. Belajar
menguasai kata-kata baru untuk memahami orang/anak lainnya
10. Mengembangkan
perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan
Kesepuluh
kemampuan dasar itulah yang harus sudah ditanamkan pada Anak Usia Dini. Oleh
karena itu, dibutuhkan berbagai metode pengajaran atau pembelajaran agar apa
yang direncanakan guru dapat membantu anak menguasai dasar kemampuan di atas.
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
A. Pengertian
Pendidikan
anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Salah
satu alasan terbentuknya pendidikan anak usia dini karena menurut Al-Ghazali,
"Anak-anak merupakan amanah dan tanggung jawab orang tuanya, jiwanya suci
murni merupakan permata mahal yang bersahaja dan bebas dari ukiran dan gambaran
dan ia boleh menerima setiap ukiran dan cenderung kepada apa yang
dicenderungkan kepadanya".
Pendidikan
prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki
pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di
jalur pendidikan luar sekolah.
Taman
Anak-anak /Raudhatul Athfal adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan
bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Anak usia 4-6 tahun merupakan
bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6
tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah.
Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi
80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat
Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh
aspek perkembangan anak yang masuk TK/RA mempunyai kemampuan lebih tinggi
daripada anak yang tidak masuk TK/RA di kelas I SD Usia 4-6 tahun, merupakan
masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya
perkembangan seluruh potensi anak.
Masa
peka
adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa
untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan
nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
optimal..
Upaya
pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar
atau belajar seraya bermain, karena inilah yang menjadi konsep dasar pendidikan
prasekolah. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.
Selain itu, bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan.
B.
Metode
atau cara yang digunakan dalam pembelajaran Anak Usia Dini antara lain
menggunakan:
1. Metode
bermain Peran anak usia dini : Adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda
disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal dan penghayatan
terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.
2. Metode
karyawisata anak usia dini : Adalah kegiatan belajar mengajar dimana guru
mengajak anak untuk mengunjungi secara langsung obyek-obyek sesuai dengan bahan
pengembangan dan kemampuan yang sedang dibahas. Misalnya ; Lingkungan TK,
pasar, musium, kantor Pos, dll
3. Metode
Eksperimen anak usia dini : Adalah mengajar dengan melakukan suatu percobaan
dengan cara mengamati proses dan hasil percobaan itu.
4. Metode
demonstrasi bagi anak usia dini : Adalah suatu cara untuk mempertunjukkan atau
memperagakan suatu obyek atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa,
Misalnya : menggunting, menempel, mencampur warna dan sebagainya.
5. Metode
Proyek bagi anak usia dini : Adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk
menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan.
6. Metode
bercerita bagi anak usia dini : Adalah Cara bertutur kata dan menyampaikan
cerita/ penerangan kepada anak secara lisan. Metode bercerita biasanya
diberikan pada waktu anak pulang dalam keadaan tenang.
7. Metode
Sosiodrama anak usia dini : Adalah suatu cara memainkan peran dalam suatu
cerita tertentu yang menuntut integrasi diantara para pemerannya. Peranan yang
dimainkan diangkat dari kehidupan sehari-hari.
Ketujuh
metode itu biasa digunakan dalam metode pengajaran di taman kanak-kanak. Bila
ingin mendalami lebih tentang metode pembelajaran di taman kanak-kanak, baca
bukunya yaitu buku metode pengajaran di taman kanak-kanak karangan Dra. Moeslichatoen R, M.Pd (2004) dengan
penerbit Rineka Cipta . Sangat menarik dan membuat kita menjadi lebih tahu
bahwa tidak mudah menjadi guru. Apalagi guru TK yang harus sabar dan menyayangi
anak-anak. Selalu menerapkan 5S dalam
kesehariannya, yaitu : Salam, Senyum,
Sapa, Syukur, Dan Sabar.
C.
Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini
Strategi
pembelajaran apa pun yang digunakan oleh pendidik dalam Belajar dan
Pembelajaran Anak Usia Dini penekanannya harus berorientasi pada perkembangan
anak (Developmentally Appropriate Practice). Pandangan pembelajaran yang
berorintasi perkembangan memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai
pertumbuhan alami anak-anak usia dini. (Pamela
Coughlin, 1997) mengemukakan bahwa pendekatan perkembangan memandang
anak-anak usia dini sebagai berikut:
- Pembelajaran aktif yang secara terus menerus mendapatkan informasi mengenai dunia lewat permainan.
- Mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan
- Bergantung pada orang lain berkenaan dengan pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial
- Adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda.
Pendekatan
perkembangan didasarkan pada teori Jean
Piaget, Eric Erickson, dan L.S Vygotsky. Pandangan pendekatan perkembangan
tentang anak tersebut memberikan implikasi bahwa para pendidik anak usia dini
harus mampu menciptakan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi aktif
anak, mengembangkan kreativitas anak, menyenangkan, dan dilakukan melalui
bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
Bermain
adalah dunia anak. Anak-anak bermain di rumah, di sekolah, dan di lingkungan
lainnya. Melalui bermain, anak-anak melakukan interaksi sosial dengan anak-anak
dan orang dewasa, melakukan berbagai peran sosial, membangun pengetahuan,
mengembangkan keterampilan fisik-motorik, mengembangkan kemandirian, kemampuan
berkomunikasi lisan, mengekspresikan emosi, mengembangkan kreativitas, serta
aspek-aspek perkembangan lainnya.
Kostelnik dkk.,
(1999) mengemukakan karakteristik bermain pada anak, ”Play is fun, not
serious, meaningful, active, voluntary, intrinsically motivated, rule governed”.
Selanjutnya Bergen (1988), mengemukakan terdapat empat kategori bermain, yaitu:
- Bermain bebas (free play). Dalam bermain bebas, anak memilih apapun yang dimainkannnya, bagaimana bermain, dan di mana mereka bermain. Bermain seperti ini menuntut para pendidik untuk menyediakan lingkungan yang aman, menyediakan berbagai peralatan dan bahan yang mendukung
- Bermain terbimbing (guided play). Bermain terbimbing memiliki aturan, lebih sedikit pilihan, dan adanya pengawasan dari orang dewasa.
- Bermain yang diarahkan (directed play). Dalam bermain ini kegiatan bermain ditentukan oleh orang dewasa.
- Work disguised play. Bermain ini menggambarkan kegiatan diorientasikan pada tugas tertentu, dan orang dewasa berusaha mentransformasikannya kedalam kegiatan bermain terbimbing atau yang diarahkan.
- Dalam mengimplementasikannya dalam pembelajaran, para pendidik anak usia dini dapat mengintegrasikan pendekatan belajar melalui bermain tersebut dalam metode-metode yang dapat digunakan misalnya bercakap-cakap, bercerita, karyawisata, sosiodrama atau bermain peran, proyek, eksperimen, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas.
Pembelajaran aktif atau
active learning Anak Usia Dini adalah segala bentuk pembelajaran
yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu
mata pelajaran atau mata pelajaran lain.
- Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
- Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
- Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
- Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.
- Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
- Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
- Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).
- Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian, dan / atau permainan.
- Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.
- Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
- Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan / atau seluruh kelas.
- Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.
- Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.
- Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
- Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
- Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.
- Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan.
- Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.
- Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.
- Mendorong peserta didik menemukan sendiri.
- Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.
D.
Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
Pada dasarnya setiap
individu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Hal inilah yang
mendasari konsep perbedaan individual pada peserta didik. Perbedaan individual
ini seyogyanya menjadi pertimbangan bagi para pendidik dalam mengembangkan
pembelajaran. Variasi itulah yang membuat dunia anak usia dini menarik, serta
hal itu pulalah yang membuat guru menyukai kegiatan mengajar, karena setiap
anak, setiap kelompok anak adalah berbeda.
Senada dengan itu, Solehuddin (1997) menyatakan bahwa: anak
akan belajar dengan baik apabila:
1. Anak merasa aman secara psikologis, serta
kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi.
2. Anak mengkonstruksi pengetahuan.
3. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa
dan anak-anak lainnya.
4. Anak belajar melalui bermain
5. Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi.
6. Unsur variasi individual diperhatikan.
Pendapat di atas mengandung
arti bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika anak dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan minat, kebutuhan serta kapasitas mereka masing-masing. Unsur
perbedaan individual secara langsung akan berdampak pada pendekatan yang
dipilih oleh guru. Pendekatan yang bervariasi dapat memfasilitasi karakter anak
yang berbeda..
Konsep Dasarnya yaitu :
a) Berorientasi pada Kebutuhan Anak : Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio
emosional.
b) Belajar melalui bermain : Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak
diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan
mengenai benda di sekitarnya.
c) Menggunakan lingkungan yang kondusif
: Lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar
melalui bermain.
d) Menggunakan pembelajaran terpadu : Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran
terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat
membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar
anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga
pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e) Mengembangkan berbagai kecakapan hidup : Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai
proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri
sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
f) Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar : Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
g) Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar : Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap,
dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat
dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang .
BAB
III
Kesimpulan
Kegiatan
pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak
karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikis (intelektual, bahasa, motorik, dan
sosioemosional). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak, harus fleksibel,
memperhatikan adanya perbedaan individual, dan tidak melupakan unsur bermain.
Upaya-upaya
pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang
menarik serta mudah diikuti oleh anak. Supayaanak bisa bereksplorasi, menemukan
dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi anak. Karena bermain bagi anak merupakan proses kreatif
untuk bereksplorasi, dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat
menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka
membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya, dalam pengajaran di
Taman Kanak-kanak (TK) Raudhatul Atthfal (RA), seorang guru TK/RA perlu
memperhatikan tujuan program pembelajaran dan ruang lingkup kegiatan belajar
anak TK/RA. Pengajar harus paham betul karakteristik anak TK/RA, sehingga bisa
mencari solusi ketika harus meneliti di kelasnya sendiri dalam rangka menemukan
potensi unik anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar