Senin, 01 Desember 2014

Makalah Karekteristik PAUD



BAB I

A.     Pendahuluan
Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal atau yang sejenisnya merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal untuk rentang usia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan anak usia dini aatau taman kanak-kanak, pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak yang bertujuan membentuk karakter dan kepribadian anak.  Oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya taman kanak-kanak atau raudhatul athfal perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, motorik. seni, moral, nilai-nilai agama dan kemandirian.
Pengalaman belajar seperti apa yang memungkinkan anak berkembang seluruh aspek ? Menurut Pestalozzi, Pendidikan Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal hendaknya menyediakan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, bermakna, dan hangat seperti yang diberikan oleh orang tua di lingkungan rumah (Masitoh:2003). Senada dengan hal tersebut, Solehudin (1997) mengungkapkan bahwa: ”Secara umum pendidikan prasekolah dimaksudkan untuk menfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan. Pendidikan prasekolah hendaknya tidak berorientasi akademik, tetapi hendaknya dapat menyediakan pengalaman-pengalaman belajar bagi anak. Disamping itu program pendidikan prasekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan perkembangan anak.”
Faktor-faktor  yang mempengaruhi belajar anak :
a.       Internal :
1.      Kesehatan
2.      Intelegensi
3.      Minat dan motivasi
4.      Cara belajar
b.      Eksternal :
1.      Keluarga
2.      Sekolah
3.      Masyarakat
4.      Lingkungan sekitar
B.     Latar Belakang
Anak usia dini adalah kondisi dimana seorang manusia berada di masa emas. Pada masa itu terjadi lonjakan yang luar biasa pada perkembangan otak anak, yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Untuk mengoptimalkan potensi perkembangan, setiap anak membutuhkan asupan gizi, perlindungan kesehatan, pengasuhan, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan. Para ahli telah meneliti bahwa sekitar 50% perkembangan otak anak terjadi pada usia 0 – 4 tahun. Dengan demikian harus diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadikan anak lebih berkualitas. Tentunya dengan memberikan rangsangan pendidikan yang tepat, sejak anak dalam kandungan. Seiring dengan bertambahnya usia anak tentunya membutuhkan rangsangan yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan pendidikan baik dirumah maupun di luar rumah. Rangsangan pendidikan di luar rumah sudah dapat dimulai setelah anak berusia 3 bulan. Kegiatan bermain memiliki arti penting dalam memberikan layanan pendidikan anak usia dini. Kegiatan main yang terarah akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan seluruh potensi anak yang meliputi aspek pengembangan nilai-nilai moral dan agama, kognitif, bahasa, social-emosional, seni, motorik dan kemandirian anak, Untuk membantu para pendidik memahami dan menyiapkan materi pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran untuk anak usia dini yang menyenangkan melalui bermain, maka dibuatkan bahan belajar. Bahan belajar tersebut diharapkan menjadi referensi bagi pendidik dalam menyiapkan materi yang berkaitan dengan kegiatan bermain yang berkualitas. Semoga bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini

C.      Rumusan Masalah
Ø  Mengenal karakteristik Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini
Ø  Bagaimana cara menciptakan bahan ajar yang berpusat pada pembelajaran Anak
Ø  Bagaimana cara mengembangkan potensi anak usia dini
Ø  Metode apa yang harus diterapkan dalam pendidikan Anak Usia Dini
Ø  Bagaimana cara meletakan Dasar pengembangan ke arah sikap,  pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya
Ø  Bagaimana Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini

D.     Tujuan
Tujuan program kegiatan Pembelajaran Anak Usia Dini adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar Anak Usia Dini meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani. Untuk mencapai tujuan itu, perlu digunakan metode pengajaran yang sesuai bagi pendidikan Anak Usia Dini. Ada hal penting yang harus dikuasai oleh pendidik  Anak Usia Dini agar dapat memahami kemampuan unik anak didiknya. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh anak yang mengalami perkembangan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
1.      Berkembang menjadi pribadi yang mandiri
2.      Belajar memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang
3.      Belajar bergaul dengan anak lain
4.      Mengembangkan pengendalian diri
5.      Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat
6.      Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing
7.      Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar
8.      Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikannya
9.      Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami orang/anak lainnya
10.  Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan

Kesepuluh kemampuan dasar itulah yang harus sudah ditanamkan pada Anak Usia Dini. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai metode pengajaran atau pembelajaran agar apa yang direncanakan guru dapat membantu anak menguasai dasar kemampuan di atas.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.     Pengertian
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Salah satu alasan terbentuknya pendidikan anak usia dini karena menurut Al-Ghazali, "Anak-anak merupakan amanah dan tanggung jawab orang tuanya, jiwanya suci murni merupakan permata mahal yang bersahaja dan bebas dari ukiran dan gambaran dan ia boleh menerima setiap ukiran dan cenderung kepada apa yang dicenderungkan kepadanya".
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.
Taman Anak-anak /Raudhatul Athfal adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk TK/RA mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK/RA di kelas I SD Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.
Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal..
Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, karena inilah yang menjadi konsep dasar pendidikan prasekolah. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

B.     Metode atau cara yang digunakan dalam pembelajaran Anak Usia Dini antara lain menggunakan:
1.      Metode bermain Peran anak usia dini : Adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.
2.      Metode karyawisata anak usia dini : Adalah kegiatan belajar mengajar dimana guru mengajak anak untuk mengunjungi secara langsung obyek-obyek sesuai dengan bahan pengembangan dan kemampuan yang sedang dibahas. Misalnya ; Lingkungan TK, pasar, musium, kantor Pos, dll
3.      Metode Eksperimen anak usia dini : Adalah mengajar dengan melakukan suatu percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil percobaan itu.
4.      Metode demonstrasi bagi anak usia dini : Adalah suatu cara untuk mempertunjukkan atau memperagakan suatu obyek atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa, Misalnya : menggunting, menempel, mencampur warna dan sebagainya.
5.      Metode Proyek bagi anak usia dini : Adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan.
6.      Metode bercerita bagi anak usia dini : Adalah Cara bertutur kata dan menyampaikan cerita/ penerangan kepada anak secara lisan. Metode bercerita biasanya diberikan pada waktu anak pulang dalam keadaan tenang.
7.      Metode Sosiodrama anak usia dini : Adalah suatu cara memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut integrasi diantara para pemerannya. Peranan yang dimainkan diangkat dari kehidupan sehari-hari.
Ketujuh metode itu biasa digunakan dalam metode pengajaran di taman kanak-kanak. Bila ingin mendalami lebih tentang metode pembelajaran di taman kanak-kanak, baca bukunya yaitu buku metode pengajaran di taman kanak-kanak karangan Dra. Moeslichatoen R, M.Pd (2004) dengan penerbit Rineka Cipta . Sangat menarik dan membuat kita menjadi lebih tahu bahwa tidak mudah menjadi guru. Apalagi guru TK yang harus sabar dan menyayangi anak-anak.  Selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya, yaitu : Salam, Senyum, Sapa, Syukur, Dan Sabar.
C.      Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini
Strategi pembelajaran apa pun yang digunakan oleh pendidik dalam Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini penekanannya harus berorientasi pada perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice). Pandangan pembelajaran yang berorintasi perkembangan memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak-anak usia dini. (Pamela Coughlin, 1997) mengemukakan bahwa pendekatan perkembangan memandang anak-anak usia dini sebagai berikut:
  1. Pembelajaran aktif yang secara terus menerus mendapatkan informasi mengenai dunia lewat permainan.
  2. Mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan
  3. Bergantung pada orang lain berkenaan dengan pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial
  4. Adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda.
Pendekatan perkembangan didasarkan pada teori Jean Piaget, Eric Erickson, dan L.S Vygotsky. Pandangan pendekatan perkembangan tentang anak tersebut memberikan implikasi bahwa para pendidik anak usia dini harus mampu menciptakan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi aktif anak, mengembangkan kreativitas anak, menyenangkan, dan dilakukan melalui bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
Bermain adalah dunia anak. Anak-anak bermain di rumah, di sekolah, dan di lingkungan lainnya. Melalui bermain, anak-anak melakukan interaksi sosial dengan anak-anak dan orang dewasa, melakukan berbagai peran sosial,  membangun pengetahuan, mengembangkan keterampilan fisik-motorik, mengembangkan kemandirian, kemampuan berkomunikasi lisan, mengekspresikan emosi, mengembangkan kreativitas, serta aspek-aspek perkembangan lainnya.
Kostelnik dkk., (1999) mengemukakan karakteristik bermain pada anak, ”Play is fun, not serious, meaningful, active, voluntary, intrinsically motivated, rule governed”. Selanjutnya Bergen (1988), mengemukakan terdapat empat kategori bermain, yaitu:
  1. Bermain bebas (free play). Dalam bermain bebas, anak memilih apapun yang dimainkannnya, bagaimana bermain, dan di mana mereka bermain. Bermain seperti ini menuntut para pendidik untuk menyediakan lingkungan yang aman, menyediakan berbagai peralatan dan bahan yang mendukung
  2. Bermain terbimbing (guided play). Bermain terbimbing memiliki aturan, lebih sedikit pilihan, dan adanya pengawasan dari orang dewasa. 
  3. Bermain yang diarahkan (directed play). Dalam bermain ini kegiatan bermain ditentukan oleh orang dewasa. 
  4. Work disguised play. Bermain ini menggambarkan kegiatan diorientasikan pada tugas tertentu, dan orang dewasa berusaha mentransformasikannya kedalam kegiatan bermain terbimbing atau yang diarahkan.
  5. Dalam mengimplementasikannya dalam pembelajaran, para pendidik anak usia dini dapat mengintegrasikan pendekatan belajar melalui bermain tersebut dalam metode-metode yang dapat digunakan misalnya bercakap-cakap, bercerita, karyawisata, sosiodrama atau bermain peran, proyek, eksperimen, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas. 
Pembelajaran aktif atau active learning Anak Usia Dini adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain.
  1. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
  2. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
  3. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
  4. Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.
  5. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
  6. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
  7. Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).
  8. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian, dan / atau permainan.
  9. Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.
  10. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
  11. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan / atau seluruh kelas.
  12. Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.
  13. Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.
  14. Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
  15. Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
  16. Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.
  17. Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan.
  18. Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.
  19. Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.
  20. Mendorong peserta didik menemukan sendiri.
  21. Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.
D.     Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
Pada dasarnya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Hal inilah yang mendasari konsep perbedaan individual pada peserta didik. Perbedaan individual ini seyogyanya menjadi pertimbangan bagi para pendidik dalam mengembangkan pembelajaran. Variasi itulah yang membuat dunia anak usia dini menarik, serta hal itu pulalah yang membuat guru menyukai kegiatan mengajar, karena setiap anak, setiap kelompok anak adalah berbeda.
Senada dengan itu, Solehuddin (1997) menyatakan bahwa: anak akan belajar dengan baik apabila:
1.      Anak merasa aman secara psikologis, serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi.
2.      Anak mengkonstruksi pengetahuan.
3.      Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya.
4.      Anak belajar melalui bermain
5.      Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi.
6.      Unsur variasi individual diperhatikan.
Pendapat di atas mengandung arti bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika anak dapat melakukan sesuatu sesuai dengan minat, kebutuhan serta kapasitas mereka masing-masing. Unsur perbedaan individual secara langsung akan berdampak pada pendekatan yang dipilih oleh guru. Pendekatan yang bervariasi dapat memfasilitasi karakter anak yang berbeda..
Konsep Dasarnya yaitu :
a)     Berorientasi pada Kebutuhan Anak : Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
b)     Belajar melalui bermain : Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
c)      Menggunakan lingkungan yang kondusif  : Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d)     Menggunakan pembelajaran terpadu : Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e)     Mengembangkan berbagai kecakapan hidup : Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
f)       Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar : Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
g)     Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar : Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatankegiatan yang berluang .


BAB III
Kesimpulan
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis (intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak, harus fleksibel, memperhatikan adanya perbedaan individual, dan tidak melupakan unsur bermain.
Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Supayaanak bisa bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Karena bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk bereksplorasi, dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya, dalam pengajaran di Taman Kanak-kanak (TK) Raudhatul Atthfal (RA), seorang guru TK/RA perlu memperhatikan tujuan program pembelajaran dan ruang lingkup kegiatan belajar anak TK/RA. Pengajar harus paham betul karakteristik anak TK/RA, sehingga bisa mencari solusi ketika harus meneliti di kelasnya sendiri dalam rangka menemukan potensi unik anak didiknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar