Senin, 14 Desember 2015

MAKALAH PENGELOLAAN KELAS








BAB I

PENDAHULUAN



Sekolah TK/RA sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan penjenjangan. Setiap kelas merupakan untuk kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah TK/RA sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi, sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.

Oleh karena itu setiap guru kelas atau wali kelas TK/RA sebagai pimpinan menengah (middle manager) atau administrator kelas, menempati posisi dan peran yang penting, karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh pada perkembangan Anak didik dan kemajuan sekolah secara keseluruhan, setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis di dalam organisasi sekolah TK/RA.

Dari uraian di atas jelas bahwa  program kelas akan berkembang bilamana guru/wali kelas mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yakni: guru, murid dan proses atau dinamika kelas.

1.      Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses mengajar belajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan pada batas umur kronologis masing-masing.

2.      Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar belajar yang keratif untuk mencapai suatu tujuan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan management kelas dalam pengertian kelas adalah:

a.       Kurikulum

b.      Bangunan dan Sarana

c.       Guru

d.      Murid

e.       Dinamika Kelas

f.        Lingkungan Sekitar

Beberapa Indikator Pengelolaan Kelas di TK/RA Yang Berhasil adalah :

1.      Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas

2.      Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.

3.      Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.

4.      Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.

5.      Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi. (stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain)

6.      Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari

Ada dua hal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak.

1.      Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama setahun penuh.

2.      Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur.



A.     Latar Belakang

Pengelolaan kelas di TK/RA adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Mengelola kelas TK/RA adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu salama pengajaran.

Dari rumusan tersebut, pengelolaan kelas juga mempunyai tujuan, yang dilakukan oleh guru, antara lain :

1.      Agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2.      Untuk memberi kemudahan (fasilitasi), uapaya memanatu kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru memperoleh kemudahan mengamati setiap kemajuan belajar sebagai suatu proses yang gradual yang tidak bersifat temporer dan sementara.

3.      Untuk member kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan dating



B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pentingnya Pengelolaan Kelas

2.      Untuk mengetahui tujuan Pengelolaan Kelas

3.      Mengetahui pemusatan Perhatian pada Tingkah Laku

4.      Mengetahui Kedisiplinan Kelas





BAB II

PEMBAHASAN



A.     Pentingnya Pengelolaan Kelas di TK/RA

Pengelolaan kelas di TK/RA adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang Kepala Sekolah TK/RA yang efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan menyusun kegiatan untuk menemukan tujuan dan sasaran khusus. Di samping itu, harapan orang tua dan masyarakat supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan belajar untuk masa depan mereka sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu dalam sejarah. Mengelola kelas di TK/RA adalah suatu keterampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu selama pengajaran.

Guru membutuhkan keterampilan yang sama seperti ahli teknik atau direktur sebuah stasiun televisi. Guru kelas mempersiapkan RKH, RKM, PROMES dan PROTA, rinci selama mengajar setiap hari. Berikut adalah sampel yang hanya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari:

1)     Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran

2)     Melanjutkan interaksi dengan siswa

3)     Melaksanakan pengajaran

4)     Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda

5)     Mengembangkan tata tertib

6)     Menciptakan lingkungan yang nyaman dalam pelaksanaan pembelajaran

7)     Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran

8)     Melakukan penelitian perkembangan anak dan penilaian Harian, Mingguan.



B.     Definisi Pengelolaan Kelas di TK/RA

Berdasarkan penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson (1981), pengelolaan kelas didefinisikan seperti berikut.

a)     Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena ketertiban siswa di kelas.

b)     Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.

c)      Menggunakan waktu belajar yang efisien.



Definisi ini mempunyai tiga komponen yang jelas yang mencakup pokok-pokok penting yang sesuai dengan nomor 1, 2, dan 3.

a.       Keterlibatan siswa secara aktif : Definisi ini menekankan kebutuhan akan aktivitas guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar. Siswa yang aktif belajar hanya mempunyai kesempatan sedikit untuk tidak mengerjakan tugas atau bertingkah laku menyimpang. Memerintahkan siswa untuk tetap melaksanakan tugas adalah aspek penting dalam pengajaran dan pengelolaan kelas.

b.        Sedikit gangguan : Definisi kedua dari pengelolaan kelas memusatkan perhatian akan kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang teratur  untuk  belajar. Guru tidak berhenti mengajar dan siswa juga tidak berhenti belajar. Di  dalam kelas selalu ada saja yang namanya gangguan atau kekacauan. Sebagian besar masalah sebetulnya hanya merupakan hal yang biasa-biasa saja atau normal-normal saja. Hampir semua siswa, walaupun mereka dapat menyesuiakan diri, tetap saja  melakukan hal-hal, seperti berbicara dengan teman, tertawa, mengunyah permen karet, membadut, lupa membawa pensil, terlambat, keliling kelas atau bermain-main  walaupun sedang mengerjakan tugas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada masalah lain yang lebih serius,

c.         Penggunaan waktu belajar yang efisien : Banyak waktu yang terbuang selama pengajaran tiap hari. Pendekatan yang efisien untuk memaksimalkan penggunaan waktu meliputi prosedur sebagai berikut. Ketika siswa masuk kelas, mereka akan berbaris, bernyanyi, berdo’a bahkan menari mereka mengikuti guru. Guru berperan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa secara individual sesuai dengan perkembangan anak.



C.      Perspektif Pengelolaan Kelas di TK/RA



Perspektif pengelolaan kelas terdiri atas dua yaitu, perspektif sejarah dan perspektif psikologi.

a.       Perspektif Sejarah

Pengaturan kelas dan disiplin telah banyak ditulis selama akhir abad 20. Walaupun demikian sekolah dan pengelolaan kelas masih diteliti, dan didiskusikan dan diperdebatkan dalam tulisan sejak adanya wajib belajar sekolah. Arthur C (1990) dalam buku The Management of a City School, mengidentifikasi sejumlah sifat-sifat dan ketrampilan mengelola kelas yang sebaiknya dimiliki guru yang efektif. Berikut adalah sifat-sifat yang diharapkan oleh siswa :

1)     Sikap Tenang. Guru yang tenang membuat siswa tidak stres.

2)     Teguh dan Tegas. Siswa menaruh hormat kepada guru yang teguh pendirian dan tegas dalam bertindak

3)     Rajin dan Kuat. Guru yang rajin dan semangat dalam bekerja akan menjalar pada siswa-siswanya

4)     Gembira. Guru yang gembira dan bersemangat akan menghasilkan kerja yang maksimal

5)     Simpati. Simpati yang artinya lebih dalam, yaitu simpati yang betul-betul wajar yang secara jujur guru ingin mendapatkan pandangan dari sudut siswa

6)     Hangat. Kebutuhan akan kehangatan bukanlah sesuatu yang terlalu emosional. Guru yang lembut dan menghargai siswa akan tampak ketika berhubungan dengan siswa

7)     Waspada. Guru mempunyai ketajaman mata, telinga, dan persepsi yang terlatih.



b.      Perspektif psikologi

Perkembangan teori-teori tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian bidang psikologi. Dua teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas berdasarkan teori ×Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun ×Rogers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas. Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori ini.

Reinforcement . B. F Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah. Siswa memperlihatkan bermacam-macam tingkah laku dikelas. Contoh, jika guru menanyakan suatu pertanyaan dikelas, beberapa siswa mengacungkan tangan mereka, sedangkan yang lain menjawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya adalah wajar untuk siswa pada saat itu. Guru ingin siswa sebelum menjawab mengacungkan tangannya lebih dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan menganggu saat tanya jawab. Dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement guru hanya akan memberi kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu. Reinforcement kemungkinan menambah tingkah laku khusus yang akan berlanjut pada waktu yang akan datang.

Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktik pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku. Banyak reinforcer yang digunakan untuk mengubah tingkah laku siswa, meliputi hadiah (rewardatau pujian untuk tingkah laku yang tepat

c.       Menetapkan Aturan

Seorang guru yang efektif menetapkan beberapa aturan-aturan pokok (paling sedikit lima atau enam) dan prosedur yang dibutuhkan untuk kelas supaya berfungsi efektif. Seperti lampu jalan yang digunakan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap mobil untuk masuk dan pergi pada persimpangan jalan, aturan kelas dibutuhkan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk belajar.

Siswa melihat guru sebagai model. Seorang guru yang konsisten dalam memperkuat aturan-aturan kelas akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan tenang tanpa gangguan. Sikap untuk terus konsisten tidak mudah dan memerlukan usaha terus-menerus.

Aturan-aturan. Aturan yang ditetapkan guru harus dinyatakan secara positif. Contoh: “Bawa pensil, buku, dan kertas folio ke kelas,” “Angkat tanganmu,” jika ingin menjawab “ Jangan lari-lari dalam kelas” adalah contoh dari aturan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat negatif.

Tiga pendekatan. Menetapkan peraturan pada hari pertama sekolah memberikan suatu kerangka kerja untuk siswa. Peraturan bertindak sebagai penuntun bagi tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima. Membiarkan siswa untuk mengembangkan aturan akan mendorong siswa berpartisipasi.

Tanpa memandang prosedur yang digunakan dalam menetapkan aturan dikelas, kunci untuk menentukan aturan adalah kemampuan guru untuk “mengajar” dan kemudian mempraktikan aturan-aturan tersebut dengan siswa ketika dia mengajar matematika, ilmu pengetahuan atau pelajaran bahasa Inggris.

d.      Konsekuen

Guru mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan beberapa konsekuen untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat. Konsekuen yang paling umum untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat meliputi penggunaan teguran secara verbal,

e.       Penguatan

Guru sebagai pemeran model adalah penting. Pemeran model ini penting bagi guru dalam mencegah tingkah laku yang tidak tepat. Pujian guru kepada siswa yang melakukan tugasnya dengan baik kelihatannya sederhana, tetapi hasilnya sangat efektif.

Hadiah (reward). Sudah bertahun-tahun guru menggunakan beberapa metode untuk memperkuat atau memberikan hadiah terhadap tingkah laku siswa yang tepat. Guru, kepala sekolah, observer telah melaporkan bahwa suasana positif yang diciptakan oleh pujian verbal dan sistem reinforcement untuk mengurangi sejumlah masalah pengelolaan kelas berhasil baik.

Anak mungkin tidak menyadari tujuan ini sampai tujuan ini dibawa ke perhatiannya. Dreikurs menyarankan sebaiknya guru merespons tingkah laku siswa yang ingin mendapatkan perhatian dengan merefleksikan tingkah laku kembali kepada siswa.

Dreikurs berbicara tentang tiga tipe guru: otoriter, serba membolehkan (permissive), dan demokratis. Dia percaya bahwa guru yang otoriter akan memaksa siswa untuk menaati yang pada waktu itu masalah yang timbul tidak ada. Guru yang permissive menciptakan masalah ketika tidak ada batas yang konsisten yang ditetapkan untuk kegiatan sehari-hari di kelas. Guru yang demokratis adalah seorang manajer yang paling efektif, karena guru menjadi pemimpin dalam kelas, memberi contoh, dan mengundang siswa untuk ikut berpartisipasi melalui pembuat keputusan yang efektif. Aturan dan konsekuensi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan oleh karena itu harus menjadi bagian dari kelas. Kebebasan dalam kelas membawa tanggung jawab karena merupakan jantung dari masyarakat demokratis.



D.     Komunikasi

Pengajaran adalah lebih dari sekedar memberikan informasi pada sekelompok siswa. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefisien mungkin, dan mengatur jalannya interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.



a.       Harapan-harapan

Komunikasi guru dengan siswa melalui kata-kata verbal dan nonverbal, dalam hubungannya dengan cara guru mengorganisasi kelas. Siswa juga mempunyai harapan terhadap lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa mempunyai persepsi terhadap masalah lingkungan sekolah, organisasi kelas, dan terhadap disiplin sekolah. Guru dapat bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana kira-kira persepsi siswa terhadap pekerjaan guru sebagai pengajar sebagai berikut :

1)     Bagaimana persepsi siswa jika begitu masuk kelas siswa segera menceritakan kembali kegiatan atau pengalaman hari sebelumnya

2)     Apakah siswa menceritakan kebaikan, kegembiraan, kesedihan atau mungkin mimpinya selama ia tidur.

3)     Apakah siswa tahu bagaimana bahan pelajaran disampaikan di kelas dan bahan-bahan apa yang mereka harus dipersiapkan?

4)     Apakah siswa tahu di mana dia harus duduk, di kelompok mana dia harus masuk, kapan bekerja sendiri, dan kapan bekerja dengan kelompok?

5)     Apakah siswa menyadari akan harapan guru terhadap tingkah laku mereka?



b.      Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan tubuh dari guru, siswa akan selalu merespon informasi nonverbal.

Interaksi nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan nonverbal. Guru mungkin memuji secara nonverbal. Beberapa pujian di kelas dapat dikomunukasikan secara nonverbal. Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa menjawab dengan benar atau mengangguk untuk menunjukkan bahwa siswa pada jalan yang be3nar. Gerakan tangan dapat diartikan dengan dorongan. Guru juga mengomunikasikan perasaan negatif dengan cara nonverbal. Nada suara guru yang marah menunjukkan bahwa dia tidak senang. Menata dan mengerutkan dahi berarti mengharapkan siswa menghentikan tingkah laku negatif. Dalam berkomunikasi, guru kadang-kadang menggunakan bentuk nonverbal dalam mengelola kelas

Pengaturan nonverbal. Guru dapat menggunakan 3 kunci strategi mana pun pada tingkat apa pun untuk menghentikan tingkah laku.

1)     Kedekatan Fisik. Guru dapat berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama siswa duduk mengerjakan tugas. Siswa akan kurang melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil, seperti berbicara, jika melihat guru mereka aktif memonitor pekerjaan akademik dan tingkah laku mereka.

2)     Kontak mata. Guru membutuhkan kontak mata (eye contact) dengan seluruh siswa di kelas sedang mengerjakan tugas, guru dapat mendatangani siswa yang mempunyai pertanyaan dari pada siswa yang menuju ke meja guru untuk bertanya. Dua atau tiga siswa yang mendatangani meja guru akan menghalangi pandangan seluruh kelas.

3)     Sikap diam. Kombinasi kontak mata dengan sikap diam (silence) akan membiarkan guru untuk melihat siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara selama pengajaran. Dalam banyak kasus, ketika guru berhenti berbicara, seorang siswa yang bersalah akan melihat tatapan guru.

Komunikasi, verbal dan nonverbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses. Mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum. Siswa secara tepat akan memperhatikan tingkah laku dan keputusan guru. Kesan pertama dalam kenyataannya penting. Kesani ini di mulai dari hari pertama sekolah ketika siswa masuk kelas kita. Kesan siswa dimulai dari pola komunikasi yang terjadi di tiap-tiap kelas. Mengembangkan pola-pola komunikasi mulai hari pertama dilanjutkan sampai akhir tahun.



E.      Memusatkan Perhatian Pada Tingkah Laku Positif

     Untuk memperkuat tingkah laku adalah dengan memperkuat seperti memberikan hadiah, memuji apakah tingkah laku mengeja kata dengan benar atau memukul bola. Suatu perbuatan seseorang yang di ikuti oleh konsekuen-konsekuen yang menyenangkan (reinforced), akan di ulang pada situasi yang hampir sama pada waktu yang akan datang (B.F. Skinner: Operant Conditioning).

     Kombinasi dari aturan, mengabaikan masalah tingkah laku dan memuji tingkah laku positif kelihatannya berhasil. Untuk pertama kali ada pengurangan secara signifikan dalam tingkah laku yang mengganggu. Bahwa kombinasi dari aturan, pujian, dan mengabaikan tingkah laku yang tidak diinginkan adalah resep yang efektif. Ketika guru mulai lagi prosedur ini, dua siswa segera menjadi kurang mengganggu atau mengacau.

     Masalah tingkah laku adalah jelas masalah setiap orang seperti siswa yang mengerjakan tugas dengan diam tidak selalu ingin menarik perhatian guru. Kita khawatir bahwa mengabaikan tingkah  laku menyimpang mungkin “mendorong” siswa lain untuk melanggar aturan atau kita takut untuk mengabaikan pelanggaran walaupun pelanggaran itu kecil, sehingga waktunya habis bagi guru untuk menghentikan tingkah laku siswa. Tetapi, jika kita pertimbangkan kemungkinan dampak pujian guru, pujian itu mingkin berharga sebagai usaha tambahan yang dibutuhkan untuk mengurangi tingkah laku menyimpang.

Secara sederhana “membagi-bagi pujian”  tidak akan memperbaiki tingkah laku. Untuk menjadi efektif pujian harus  :

1)     Tergantung pada tingkah laku yang diperkuat,

2)     Secara khusus tingkah laku yang diperkuat harus jelas, dan

3)     Dipercaya. Dengan kata lain, pujian harus jujur sehingga siswa mengerti apa yang mereka lakukan.



F.      Masalah Waktu Dalam Pengajaran

Waktu yang digunakan untuk mengajarkan suatu mata pelajaran sangat terbatas, sehingga waktu harus diperinci setelit imungkin. Misalnya, tiga jam untuk mengajarkan satu buah tema dan beberapa sub tema , ditambah waktu untuk istirahat, untuk pendidikan bernyanyi, menari, menghitung dan sebagainya. Demikian ada waktu yang hilang untuk libur sekolah pada hari-hari besar, libur sesudah penerimaan rapor, libur kenaikan kelas, waktu untuk rekreasi, dan sebagainya. Waktu yang tepat untuk mulai memberikan pelajaran adalah penting untuk mengatur tujuan pengajaran. Tetapi sebaiknya ini pun harus dihindari dengan merencanakan pengajaran yang lebih baik dan disesuaikan dengan waktu yang ada.

a.       Smoothness adalah urutan pelajaran yang baik dan mencoba menghindari loncatan-loncatan dari satu tema ke tema lain, atau dari pelajaran satu ke pelajaran yang lainnya. Momentum, smoothness berhubungan erat dengan waktu yang disediakan bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan prestasi mereka (Kounin, 1970; Brophy dan Evertson, 1976; Anderson et.al. 1979)

b.       Transition. Mengatur  dari satu aktifitas ke aktifitas lain seperti dari sub tema satu sub tema lain, ini juga termasuk mengatur kelas



G.     Pengelolaan Pembelajaran di TK/RA

1.     Pengaturan Ruangan/Kelas

Ruangan/kelas diatur sedemikian rupa, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana seefisien mungkin. Dalam pengaturan ruangan/kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a.       Susunan meja-kursi anak bersifat fleksibel dan dapat berubah-ubah.

b.      Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet.

c.       Penyediaan alat bermain/sumber belajar harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

d.      Pengelompokkan meja disesuaikan dengan kebutuhan sehingga cukup ruang gerak bagi anak didik.

Catatan:

1)     Dinding dapat digunakan untuk menempelkan hasil pekerjaan anak.  Pekerjaan anak ditempel di dinding dan dilaksanakan secara bergantian sehingga tidak membosankan dan tidak mengganggu perhatian anak.

2)     Peletakan dan penyimpanan alat bermain/sumber belajar diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan anak untuk menggunakan dan mengembalikan pada tempatnya setelah selesai digunakan.

3)     Penataan ruang kelas, penataan perabotan, asesoris di dinding dan berbgai bahan pajangan hendaknya diubah-ubah secara periodik agar selalu tercipta suasana kelas yang baru dan tidak membosankan.



2.     Pengorganisasian Anak Didik

Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sehari-hari dapat dilaksanakan dalam bentuk:

a.      Kegiatan klasikal

Kegiatan klasikal artinya kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama.  Pengorganisasian anak pada saat kegiatan awal dan akhir pada umumnya dilaksanakan dengan kegiatan klasikal.

Contoh:

Dalam kegiatan klasikal, teknik/metode yang dapat digunakan misalnya menyanyi, bercakapcakap, berceritera, berdoa bersama dan lain-lain.

b.     Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok artinya dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda.  Hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan kelompok hendaknya dipilih kegiatan yang diperkirakan anak dapat menyelesaikan kegiatan dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat kegiatan inti.

Contoh:

Dalam kegiatan kelompok terdapat beberapa kegiatan, di mana satu kelompok yang terdiri dari beberapa anak mengerjakan kegiatan yang sama.  Sebelum anak dibagi dalam kelompok, guru hendaknya menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas masing-masing kelompok yang telah direncanakan.

c.      Kegiatan individual

Kegiatan individual artinya setiap anak dimungkinkan memilih dan menyelesaikan kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.

Contoh:

Pada kegiatan pembelajaran berdasarkan minat, anak melakukan kegiatan individual dengan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan keinginannya. 

3.     Pengaturan Alat/Sumber Belajar

Alat/sumber belajar di TK  dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yakni: alat/sumber belajar di dalam ruangan/kelas dan alat/sumber belajar di luar ruangan/kelas.

a.      Alat/Sumber Belajar di Dalam Ruangan/Kelas

Alat/sumber belajar di dalam ruangan/kelas diatur sedemikian rupa sesuai dengan situasi, kondisi dan model pembelajaran yang diterapkan di TK.

1)    Pembelajaran Kelompok dengan Kegiatan Pengaman

Kegiatan pengaman digunakan pada model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman adalah kegiatan yang dimaksudkan agar anak-anak yang telah menyelesaikan tugas terlebih dahulu dalam kelompok dan kegiatan pada kelompok lain tidak terdapat tempat duduk yang kosong sehingga anak tersebut tidak mengganggu teman lain. Alat-alat bermain/sumber belajar pada kegiatan pengaman antara lain misalnya balok-balok bangunan, mainan konstruksi, macam-macam kendaraan, kotak menara,  alat pertukangan, leg puzzle, permainan pola dan alat bermain/sumber belajar lainnya.

2)    Pembelajaran Kelompok dengan Sudut-sudut Kegiatan

Sudut kegiatan adalah sebuah latar untuk kegiatan pembelajaran pada bidang pengembangan kemampuan dasar tertentu. Sudut kegiatan tersebut, disamping tempat meletakkan alat dan sumber belajar juga berfungsi sebagai wahana untuk memotivasi dan mengembangkan kreatifitas anak.

Alat/sumber belajar yang diperlukan pada pembelajaran dengan sudut-sudut kegiatan berdasarkan minat diatur sedemikian rupa di dalam ruangan/kelas disusun menurut sifat dan tujuan kegiatan ini. Alat/sumber belajar yang disediakan dalam sudut-sudut ini beraneka ragam alat/sumber belajar yang dapat merangsang anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan tangan. Sudut-sudut kegiatan dapat juga difungsikan sebagai tempat pembelajaran sesuai minat anak untuk merangsang kreativitas anak. Sudut-sudut kegiatan yang dimaksud adalah:

a)     Sudut keluarga : Alat-alat yang disediakan antara lain, seperti Meja-kursi tamu, meja-kursi  makan, peralatan makan, tempat tidur dan kelengkapannya, lemari pakaian, lemari dapur, rak piring, peralatan masak (kompor, panci, dsb),  setrika , cermin, bak cucian/ember, papan cucian,serbet, celemek, boneka, dan sebagainya.

b)     Sudut alam sekitar dan pengetahuan : Alat-alat yang disediakan antara lain, aquarium beserta kelengkapannya, timbangan, biji-bijian dengan tempatnya, batu-batuan, gambar proses pertumbuhan  binatang, gambar proses pertumbuhan tanaman, magnit, kaca pembesar, benda-benda laut seperti kulit-kulit kerang, meja untuk tempat benda-benda yang menjadi obyek pengetahuan, alat-alat untuk menyelidiki alam sekitar dan sebagainya. Sudut alam sekitar dan pengetahuan ini hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitar di Taman Kanak-kanak masing-masing.

c)      Sudut pembangunan : Alat-alat yang disediakan antara lain, alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok-balok bangunan, alat pertukangan, rak-rak tempat balok, macam-macam, kendaraan kecil, permainan lego, menara gelang, permainan pola, kotak menara dan sebagainya.

d)     Sudut kebudayaan : Alat-alat yang disediakan antara lain, peralatan musik/perkusi, rak-rak buku/ perpustakaan, buku-buku bergambar (seri binatang, seri buah-buahan, seri bunga-bungaan), buku-buku pengetahuan, peralatan untuk kreativitas, alat-alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep bilangan, simbol-simbol, dan sebagainya. Sudut kebudayaan ini dapat dikembangkan berdasarkan budaya setempat dimana TK tersebut berada.

e)      Sudut Ke-Tuhanan : Alat-alat yang disediakan antara lain, seperti maket-maket rumah ibadah (masjid, gereja, pura, vihara), peralatan ibadah, alat-alat lain yang sesuai untuk menjalankan ibadah agama, gambar yang memupuk rasa, ketuhanan dan sebagainya.

3)    Pembelajaran berdasarkan Minat

Pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area, yaitu: area agama, balok, bahasa, drama, matematika, Sain, musik, seni/motorik halus, pasir dan air, membaca dan menulis. Alat/sumber belajar pada pembelajaran berdarkan minat antara lain  sebagai berikut:

a)     Area Agama : Maket tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara), gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudlu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro’, kartu huruh hijaiyah, tasbih, juz ‘ama, alqur’an, kitab injil, dan sebagainya.

b)     Area Balok : Balok-balok berbagai ukuran dan warna, loggo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna,  kotak geometri, kendaraan tiruan (laut, udara dan darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan sebagainya,

c)      Area Berhitung/Matematika : Lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzel, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek, ukuran tebal tpis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya.

d)     Area Sains : Macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu/kerikil, pasir, bunga karang,  magnit, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan sebenarnya, gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna, meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus ( batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas, dll.), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dll.), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten, dll.).

e)      Area Musik : Seruling, kastanyet, marakas, organ kecil, tamburin, kerincingan, tri anggle, gitar kecil, wood block, kulintang, angklung, biola, piano, harmonika, gendang, rebana, dan sebagainya.

f)       Area Bahasa : Buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama-nama hari, kartu nama-nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya.

g)     Area Membaca dan Menulis : Buku tulis, pensil warna, pensil 2B, kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya.

h)     Area Drama : Tempat tidur anak dan boneka, lemari kecil, meja-kursi kecil (meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, tempat gosokan + setrikaan, baju-baju besar, handuk, bekas make-up+minyak wangi+sisir, kompor-komporan, penggorengan+dandang tiruan, piring+sendok+garpu, gelas+cangkir+teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan (cobek), mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal+rak sepatu, bermin, mixer, blender, sikat gigi+odol, telepon-teleponan, baju tentara dan polisi, baju dokter-dokteran, dan sebagainya.

i)       Area Pasir/Air : Bak pasir/bak air, aquarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk, botol-botol plastik, tabung air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan agar cerbagai bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya.

j)       Area Seni dan Motorik : Meja gambar, meja-kursi anak, krayon, pensil berwarna, pensil 2B, kapur tulis, arang, buku gambar, kertas lipat, kertas Koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya.



b.     Alat/Sumber Belajar di luar ruangan/kelas

Alat/sumber belajar di luar ruangan/kelas yang digunakan hendaknya memenuhi kebutuhan anak untuk memupuk perkembangan motorik, intelektual, sosial dan emosional. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk memperoleh berbagai pengalaman bermain dengan menggunakan berbagai macam alat/sumber belajar dan memberi bantuan serta bimbingan pada saat-saat diperlukan.

Penempatan alat/sumber belajar di luar kelas diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan segi keamanan anak sehingga memberi kebebasan gerak kepada anak dalam bermain.

Jenis alat/sumber belajar di luar, antara lain: jungkitan, ayunan, papan peluncur, papan titian, bak pasir dengan perlengkapannya, bak air dengan periengkapannya, bola besar dan bola kecil, kereta dorong, alat-alat pertukangan, kebun/tanam-tanaman, kandang,dan binatang peliharaan, tangga majemuk, sepeda roda tiga,  ban bekas, taman lalu-lintas, jala panjatan, dan sebagainya.





BAB III

PENUTUP



A.           Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa Pengelolaan Kelas sangat di butuhkan untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Terdapat beberapa pentingnya Pengelolaan kelas diantaranya :

1.      Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran

2.      Melanjutkan interaksi dengan siswa

3.      Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda

4.      Mengembangkan tata tertib

5.      Melaksanakan pengajaran

6.      Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar

7.      Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran



DAFTAR PUSTAKA

1.      Haris Mujiman. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

2.      Padmono. Manajemen Kelas. Solo. Universitas Sebelas Maret.

3.      Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan.

4.      www.askgoogle.com
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar