BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah TK/RA sebagai
organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun
yang menunjukkan penjenjangan. Setiap kelas merupakan untuk kerja yang berdiri
sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah
sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah TK/RA sebagai total sistem
atau satu kesatuan organisasi, sangat tergantung pada penyelenggaraan dan
pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja
yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan
kelas yang lain.
Oleh karena itu setiap guru
kelas atau wali kelas TK/RA sebagai pimpinan menengah (middle manager) atau
administrator kelas, menempati posisi dan peran yang penting, karena memikul
tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh
pada perkembangan Anak didik dan kemajuan sekolah secara keseluruhan, setiap
murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus
didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi
bagian yang dinamis di dalam organisasi sekolah TK/RA.
Dari uraian di atas jelas
bahwa program kelas akan berkembang bilamana guru/wali kelas
mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur
yakni: guru, murid dan proses atau dinamika kelas.
1. Kelas
dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses mengajar belajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk
pengelompokan pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas
dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar belajar yang
keratif untuk mencapai suatu tujuan.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi perwujudan management kelas dalam pengertian kelas
adalah:
a. Kurikulum
b. Bangunan
dan Sarana
c. Guru
d. Murid
e. Dinamika
Kelas
f.
Lingkungan Sekitar
Beberapa Indikator Pengelolaan Kelas di TK/RA Yang Berhasil
adalah :
1.
Guru mengerti perbedaan antara
mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2.
Sebagai guru jika anda pulang ke rumah
tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.
Guru mengetahui perbedaan antara prosedur
kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas,
mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan rutinitas kelas
(apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi
ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.
4.
Guru melakukan pengelolaan kelas dengan
mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan
pentingnya tanggung jawab.
5.
Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan
ancaman-ancaman, dan konsekuensi. (stiker, penghilangan hak siswa dan
lain-lain)
6.
Guru mengerti bahwa perilaku siswa di
kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari
Ada dua hal yang membedakan antara guru
yang berhasil dengan yang tidak.
1. Guru
yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan
langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa
selama setahun penuh.
2. Guru
yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan
prosedur.
A.
Latar Belakang
Pengelolaan kelas di
TK/RA adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Mengelola
kelas TK/RA
adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan guru mengajar
dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses
belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca
siswa yang mengganggu salama pengajaran.
Dari rumusan
tersebut, pengelolaan kelas juga mempunyai tujuan, yang dilakukan oleh guru,
antara lain :
1. Agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara
maksimal sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan (fasilitasi), uapaya memanatu
kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya. Dengan pengelolaan kelas
guru memperoleh kemudahan mengamati setiap kemajuan belajar sebagai suatu
proses yang gradual yang tidak bersifat temporer dan sementara.
3. Untuk member kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah
penting untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan dating
B.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya Pengelolaan Kelas
2. Untuk mengetahui tujuan Pengelolaan Kelas
3. Mengetahui pemusatan Perhatian pada Tingkah Laku
4. Mengetahui Kedisiplinan Kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Pengelolaan Kelas di
TK/RA
Pengelolaan kelas di
TK/RA adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang Kepala
Sekolah TK/RA yang efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan
menyusun kegiatan untuk menemukan tujuan dan sasaran khusus. Di samping itu,
harapan orang tua dan masyarakat supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan
belajar untuk masa depan mereka sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu
dalam sejarah. Mengelola kelas di TK/RA adalah
suatu keterampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa
pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan
guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu
selama pengajaran.
Guru membutuhkan
keterampilan yang sama seperti ahli teknik atau direktur sebuah stasiun
televisi. Guru kelas mempersiapkan RKH, RKM, PROMES dan
PROTA, rinci selama mengajar setiap hari. Berikut adalah sampel
yang hanya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap
hari:
1) Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran
2) Melanjutkan interaksi dengan siswa
3) Melaksanakan pengajaran
4) Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda
5) Mengembangkan tata tertib
6) Menciptakan lingkungan yang
nyaman dalam pelaksanaan pembelajaran
7) Mengorganisasi
waktu dan materi pelajaran
8) Melakukan
penelitian perkembangan anak dan penilaian Harian, Mingguan.
B.
Definisi Pengelolaan Kelas di
TK/RA
Berdasarkan
penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson (1981), pengelolaan kelas
didefinisikan seperti berikut.
a) Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa
yang tinggi karena ketertiban siswa di kelas.
b) Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan
guru dan siswa lain.
c) Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Definisi ini mempunyai tiga komponen yang jelas yang
mencakup pokok-pokok penting yang sesuai dengan nomor 1, 2, dan 3.
a. Keterlibatan siswa secara aktif : Definisi ini menekankan kebutuhan akan aktivitas guru
untuk melibatkan siswa dalam proses belajar. Siswa yang aktif belajar hanya
mempunyai kesempatan sedikit untuk tidak mengerjakan tugas atau bertingkah laku
menyimpang. Memerintahkan siswa untuk tetap melaksanakan tugas adalah aspek
penting dalam pengajaran dan pengelolaan kelas.
b.
Sedikit gangguan : Definisi kedua dari pengelolaan kelas memusatkan
perhatian akan kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang teratur
untuk belajar. Guru tidak berhenti mengajar dan siswa juga tidak berhenti
belajar. Di dalam kelas selalu ada saja yang namanya gangguan atau
kekacauan. Sebagian besar masalah sebetulnya hanya merupakan hal yang
biasa-biasa saja atau normal-normal saja. Hampir semua siswa, walaupun mereka
dapat menyesuiakan diri, tetap saja melakukan hal-hal, seperti berbicara
dengan teman, tertawa, mengunyah permen karet, membadut, lupa membawa pensil,
terlambat, keliling kelas atau bermain-main walaupun sedang mengerjakan
tugas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada masalah lain yang lebih serius,
c.
Penggunaan
waktu belajar yang efisien : Banyak waktu yang terbuang selama
pengajaran tiap hari. Pendekatan yang efisien untuk memaksimalkan penggunaan
waktu meliputi prosedur sebagai berikut. Ketika siswa masuk kelas, mereka akan
berbaris, bernyanyi, berdo’a bahkan menari mereka mengikuti guru. Guru berperan
menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa secara individual sesuai dengan
perkembangan anak.
C.
Perspektif Pengelolaan Kelas di TK/RA
Perspektif pengelolaan
kelas terdiri atas dua yaitu, perspektif sejarah dan perspektif psikologi.
a. Perspektif
Sejarah
Pengaturan kelas dan
disiplin telah banyak ditulis selama akhir abad 20. Walaupun demikian sekolah
dan pengelolaan kelas masih diteliti, dan didiskusikan dan diperdebatkan dalam
tulisan sejak adanya wajib belajar sekolah. Arthur C (1990) dalam buku The
Management of a City School, mengidentifikasi sejumlah sifat-sifat dan
ketrampilan mengelola kelas yang sebaiknya dimiliki guru yang efektif. Berikut
adalah sifat-sifat yang diharapkan oleh siswa :
1) Sikap
Tenang. Guru yang tenang membuat siswa tidak stres.
2) Teguh
dan Tegas. Siswa menaruh hormat kepada guru yang teguh pendirian dan tegas
dalam bertindak
3) Rajin
dan Kuat. Guru yang rajin dan semangat dalam bekerja akan menjalar pada
siswa-siswanya
4) Gembira.
Guru yang gembira dan bersemangat akan menghasilkan kerja yang maksimal
5) Simpati.
Simpati yang artinya lebih dalam, yaitu simpati yang betul-betul wajar yang
secara jujur guru ingin mendapatkan pandangan dari sudut siswa
6) Hangat.
Kebutuhan akan kehangatan bukanlah sesuatu yang terlalu emosional. Guru yang
lembut dan menghargai siswa akan tampak ketika berhubungan dengan siswa
7) Waspada.
Guru mempunyai ketajaman mata, telinga, dan persepsi yang terlatih.
b. Perspektif psikologi
Perkembangan
teori-teori tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian bidang psikologi. Dua
teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas
berdasarkan teori ×Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun ×Rogers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas.
Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori
ini.
Reinforcement . B. F Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia
sebagai hasil dari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement,
maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah. Siswa memperlihatkan
bermacam-macam tingkah laku dikelas. Contoh, jika guru menanyakan suatu
pertanyaan dikelas, beberapa siswa mengacungkan tangan mereka, sedangkan yang
lain menjawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya adalah wajar untuk siswa
pada saat itu. Guru ingin siswa sebelum menjawab mengacungkan tangannya lebih
dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan menganggu saat tanya jawab.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement guru hanya akan memberi
kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih
dahulu. Reinforcement kemungkinan menambah tingkah laku khusus yang akan
berlanjut pada waktu yang akan datang.
Mengubah tingkah
laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktik
pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah
laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa
dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku. Banyak reinforcer
yang digunakan untuk mengubah tingkah laku siswa, meliputi hadiah (reward) atau
pujian untuk tingkah laku yang tepat
c. Menetapkan Aturan
Seorang guru yang
efektif menetapkan beberapa aturan-aturan pokok (paling sedikit lima atau enam)
dan prosedur yang dibutuhkan untuk kelas supaya berfungsi efektif. Seperti
lampu jalan yang digunakan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap
mobil untuk masuk dan pergi pada persimpangan jalan, aturan kelas dibutuhkan
untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk belajar.
Siswa melihat guru
sebagai model. Seorang guru yang konsisten dalam memperkuat aturan-aturan kelas
akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan tenang tanpa
gangguan. Sikap untuk terus konsisten tidak mudah dan memerlukan usaha
terus-menerus.
Aturan-aturan. Aturan yang ditetapkan guru harus dinyatakan secara
positif. Contoh: “Bawa pensil, buku, dan kertas folio ke kelas,” “Angkat
tanganmu,” jika ingin menjawab “ Jangan lari-lari dalam kelas” adalah contoh
dari aturan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat negatif.
Tiga pendekatan. Menetapkan peraturan pada hari pertama sekolah
memberikan suatu kerangka kerja untuk siswa. Peraturan bertindak sebagai
penuntun bagi tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak
dapat diterima. Membiarkan siswa untuk mengembangkan aturan akan mendorong
siswa berpartisipasi.
Tanpa memandang
prosedur yang digunakan dalam menetapkan aturan dikelas, kunci untuk menentukan
aturan adalah kemampuan guru untuk “mengajar” dan kemudian mempraktikan
aturan-aturan tersebut dengan siswa ketika dia mengajar matematika, ilmu
pengetahuan atau pelajaran bahasa Inggris.
d. Konsekuen
Guru mempunyai
keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan beberapa konsekuen untuk tingkah
laku siswa yang tidak tepat. Konsekuen yang paling umum untuk tingkah laku
siswa yang tidak tepat meliputi penggunaan teguran secara verbal,
e. Penguatan
Guru sebagai
pemeran model adalah penting. Pemeran model ini penting bagi guru dalam
mencegah tingkah laku yang tidak tepat. Pujian guru kepada siswa yang melakukan
tugasnya dengan baik kelihatannya sederhana, tetapi hasilnya sangat efektif.
Hadiah (reward).
Sudah bertahun-tahun guru menggunakan beberapa metode untuk memperkuat atau
memberikan hadiah terhadap tingkah laku siswa yang tepat. Guru, kepala sekolah,
observer telah melaporkan bahwa suasana positif yang diciptakan oleh
pujian verbal dan sistem reinforcement untuk mengurangi sejumlah masalah
pengelolaan kelas berhasil baik.
Anak mungkin tidak
menyadari tujuan ini sampai tujuan ini dibawa ke perhatiannya. Dreikurs
menyarankan sebaiknya guru merespons tingkah laku siswa yang ingin mendapatkan
perhatian dengan merefleksikan tingkah laku kembali kepada siswa.
Dreikurs berbicara
tentang tiga tipe guru: otoriter, serba membolehkan (permissive), dan
demokratis. Dia percaya bahwa guru yang otoriter akan memaksa siswa untuk
menaati yang pada waktu itu masalah yang timbul tidak ada. Guru yang permissive
menciptakan masalah ketika tidak ada batas yang konsisten yang ditetapkan untuk
kegiatan sehari-hari di kelas. Guru yang demokratis adalah seorang manajer yang
paling efektif, karena guru menjadi pemimpin dalam kelas, memberi contoh, dan
mengundang siswa untuk ikut berpartisipasi melalui pembuat keputusan yang
efektif. Aturan dan konsekuensi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan
oleh karena itu harus menjadi bagian dari kelas. Kebebasan dalam kelas membawa
tanggung jawab karena merupakan jantung dari masyarakat demokratis.
D.
Komunikasi
Pengajaran adalah lebih dari sekedar memberikan informasi
pada sekelompok siswa. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang
kondusif untuk mengajar dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa,
tetapi guru mempunyai tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa,
mengatur waktu seefisien mungkin, dan mengatur jalannya interaktif antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa.
a. Harapan-harapan
Komunikasi guru
dengan siswa melalui kata-kata verbal dan nonverbal, dalam hubungannya dengan
cara guru mengorganisasi kelas. Siswa juga mempunyai harapan terhadap
lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa mempunyai
persepsi terhadap masalah lingkungan sekolah, organisasi kelas, dan terhadap
disiplin sekolah. Guru dapat bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana
kira-kira persepsi siswa terhadap pekerjaan guru sebagai pengajar sebagai
berikut
:
1) Bagaimana persepsi siswa jika begitu masuk kelas siswa
segera menceritakan
kembali kegiatan atau pengalaman hari sebelumnya
2) Apakah siswa menceritakan kebaikan, kegembiraan, kesedihan atau mungkin
mimpinya selama ia tidur.
3) Apakah siswa tahu bagaimana bahan pelajaran disampaikan
di kelas dan bahan-bahan apa yang mereka harus dipersiapkan?
4) Apakah siswa tahu di mana dia harus duduk, di kelompok mana
dia harus masuk, kapan bekerja sendiri, dan kapan bekerja dengan kelompok?
5) Apakah siswa menyadari akan harapan guru terhadap tingkah
laku mereka?
b. Komunikasi nonverbal
Komunikasi
nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak
ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan
tubuh dari guru, siswa akan selalu merespon informasi nonverbal.
Interaksi
nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan
nonverbal. Guru mungkin memuji secara nonverbal. Beberapa pujian di kelas dapat
dikomunukasikan secara nonverbal. Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa
menjawab dengan benar atau mengangguk untuk menunjukkan bahwa siswa pada jalan
yang be3nar. Gerakan tangan dapat diartikan dengan dorongan. Guru juga
mengomunikasikan perasaan negatif dengan cara nonverbal. Nada suara guru yang
marah menunjukkan bahwa dia tidak senang. Menata dan mengerutkan dahi berarti
mengharapkan siswa menghentikan tingkah laku negatif. Dalam berkomunikasi, guru
kadang-kadang menggunakan bentuk nonverbal dalam mengelola kelas
Pengaturan
nonverbal. Guru dapat menggunakan 3 kunci strategi mana pun pada
tingkat apa pun untuk menghentikan tingkah laku.
1) Kedekatan Fisik. Guru dapat
berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama siswa duduk mengerjakan
tugas. Siswa akan kurang melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil, seperti
berbicara, jika melihat guru mereka aktif memonitor pekerjaan akademik dan
tingkah laku mereka.
2) Kontak mata. Guru membutuhkan
kontak mata (eye contact) dengan seluruh siswa di kelas sedang
mengerjakan tugas, guru dapat mendatangani siswa yang mempunyai pertanyaan dari
pada siswa yang menuju ke meja guru untuk bertanya. Dua atau tiga siswa yang
mendatangani meja guru akan menghalangi pandangan seluruh kelas.
3) Sikap diam. Kombinasi kontak
mata dengan sikap diam (silence) akan membiarkan guru untuk melihat
siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara selama pengajaran. Dalam banyak
kasus, ketika guru berhenti berbicara, seorang siswa yang bersalah akan melihat
tatapan guru.
Komunikasi, verbal
dan nonverbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses.
Mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum. Siswa secara tepat akan
memperhatikan tingkah laku dan keputusan guru. Kesan pertama dalam kenyataannya
penting. Kesani ini di mulai dari hari pertama sekolah ketika siswa masuk kelas
kita. Kesan siswa dimulai dari pola komunikasi yang terjadi di tiap-tiap kelas.
Mengembangkan pola-pola komunikasi mulai hari pertama dilanjutkan sampai akhir
tahun.
E.
Memusatkan Perhatian Pada Tingkah Laku Positif
Untuk memperkuat tingkah laku adalah dengan memperkuat seperti memberikan
hadiah, memuji apakah tingkah laku mengeja kata dengan benar atau memukul bola.
Suatu perbuatan seseorang yang di ikuti oleh konsekuen-konsekuen yang
menyenangkan (reinforced), akan di ulang pada situasi yang hampir sama
pada waktu yang akan datang (B.F. Skinner: Operant Conditioning).
Kombinasi dari aturan, mengabaikan masalah tingkah laku dan memuji tingkah laku
positif kelihatannya berhasil. Untuk pertama kali ada pengurangan secara
signifikan dalam tingkah laku yang mengganggu. Bahwa kombinasi dari aturan,
pujian, dan mengabaikan tingkah laku yang tidak diinginkan adalah resep yang
efektif. Ketika guru mulai lagi prosedur ini, dua siswa segera menjadi kurang
mengganggu atau mengacau.
Masalah tingkah laku adalah jelas masalah setiap orang seperti siswa yang
mengerjakan tugas dengan diam tidak selalu ingin menarik perhatian guru. Kita
khawatir bahwa mengabaikan tingkah laku menyimpang mungkin “mendorong”
siswa lain untuk melanggar aturan atau kita takut untuk mengabaikan pelanggaran
walaupun pelanggaran itu kecil, sehingga waktunya habis bagi guru untuk
menghentikan tingkah laku siswa. Tetapi, jika kita pertimbangkan kemungkinan
dampak pujian guru, pujian itu mingkin berharga sebagai usaha tambahan yang
dibutuhkan untuk mengurangi tingkah laku menyimpang.
Secara sederhana
“membagi-bagi pujian” tidak akan memperbaiki tingkah laku. Untuk menjadi
efektif pujian harus :
1) Tergantung pada tingkah laku yang diperkuat,
2) Secara khusus tingkah laku yang diperkuat harus jelas, dan
3) Dipercaya. Dengan kata lain, pujian harus jujur sehingga
siswa mengerti apa yang mereka lakukan.
F.
Masalah Waktu Dalam Pengajaran
Waktu yang
digunakan untuk mengajarkan suatu mata pelajaran sangat terbatas, sehingga
waktu harus diperinci setelit imungkin. Misalnya, tiga jam untuk mengajarkan satu
buah tema dan beberapa sub tema , ditambah waktu
untuk istirahat, untuk pendidikan bernyanyi, menari, menghitung dan sebagainya. Demikian ada waktu yang hilang untuk libur
sekolah pada hari-hari besar, libur sesudah penerimaan rapor, libur kenaikan
kelas, waktu untuk rekreasi, dan sebagainya. Waktu yang tepat untuk mulai
memberikan pelajaran adalah penting untuk mengatur tujuan pengajaran. Tetapi
sebaiknya ini pun harus dihindari dengan merencanakan pengajaran yang lebih
baik dan disesuaikan dengan waktu yang ada.
a.
Smoothness adalah urutan
pelajaran yang baik dan mencoba menghindari loncatan-loncatan dari satu
tema ke tema lain, atau dari
pelajaran satu ke pelajaran yang lainnya. Momentum, smoothness berhubungan erat
dengan waktu yang disediakan bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan prestasi
mereka (Kounin, 1970; Brophy dan Evertson, 1976; Anderson et.al. 1979)
b.
Transition. Mengatur
dari satu aktifitas ke aktifitas lain seperti dari sub
tema satu sub tema lain, ini juga termasuk mengatur kelas
G.
Pengelolaan Pembelajaran di TK/RA
1.
Pengaturan Ruangan/Kelas
Ruangan/kelas
diatur sedemikian rupa, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana
seefisien mungkin. Dalam pengaturan ruangan/kelas ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Susunan meja-kursi anak bersifat fleksibel dan dapat berubah-ubah.
b. Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat
juga duduk di tikar/karpet.
c. Penyediaan alat bermain/sumber belajar harus disesuaikan dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan.
d. Pengelompokkan meja disesuaikan dengan kebutuhan sehingga cukup ruang
gerak bagi anak didik.
1) Dinding dapat digunakan untuk menempelkan
hasil pekerjaan anak. Pekerjaan anak
ditempel di dinding dan dilaksanakan secara bergantian sehingga tidak
membosankan dan tidak mengganggu perhatian anak.
2) Peletakan dan penyimpanan alat bermain/sumber
belajar diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
anak untuk menggunakan dan mengembalikan pada tempatnya setelah selesai
digunakan.
3) Penataan ruang kelas, penataan perabotan,
asesoris di dinding dan berbgai bahan pajangan hendaknya diubah-ubah secara
periodik agar selalu tercipta suasana kelas yang baru dan tidak membosankan.
2.
Pengorganisasian Anak Didik
Kegiatan
pembelajaran yang direncanakan oleh guru sehari-hari dapat dilaksanakan dalam
bentuk:
a.
Kegiatan klasikal
Kegiatan
klasikal artinya kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas,
dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama. Pengorganisasian anak pada saat kegiatan awal
dan akhir pada umumnya dilaksanakan dengan kegiatan klasikal.
Contoh:
Dalam kegiatan klasikal, teknik/metode yang dapat digunakan
misalnya menyanyi, bercakapcakap, berceritera, berdoa bersama dan lain-lain.
b.
Kegiatan kelompok
Kegiatan
kelompok artinya dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok
anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda.
Hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan kelompok hendaknya dipilih
kegiatan yang diperkirakan anak dapat menyelesaikan kegiatan dalam waktu yang
hampir bersamaan. Pada umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk
pengorganisasian anak pada saat kegiatan inti.
Contoh:
Dalam kegiatan kelompok terdapat beberapa kegiatan,
di mana satu kelompok yang terdiri dari beberapa anak mengerjakan kegiatan yang
sama. Sebelum anak dibagi dalam
kelompok, guru hendaknya menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
tugas masing-masing kelompok yang telah direncanakan.
c.
Kegiatan
individual
Kegiatan
individual artinya setiap anak dimungkinkan memilih dan menyelesaikan kegiatan
sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.
Contoh:
Pada kegiatan pembelajaran berdasarkan minat, anak
melakukan kegiatan individual dengan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat
dan keinginannya.
3.
Pengaturan Alat/Sumber Belajar
Alat/sumber
belajar di TK dapat dibedakan menjadi 2
(dua) kelompok, yakni: alat/sumber
belajar di dalam ruangan/kelas dan alat/sumber belajar di luar ruangan/kelas.
a.
Alat/Sumber Belajar di Dalam
Ruangan/Kelas
Alat/sumber
belajar di dalam ruangan/kelas diatur sedemikian rupa sesuai dengan situasi,
kondisi dan model pembelajaran yang diterapkan di TK.
1)
Pembelajaran Kelompok dengan
Kegiatan Pengaman
Kegiatan pengaman digunakan
pada model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman
adalah kegiatan yang dimaksudkan agar anak-anak yang telah menyelesaikan tugas
terlebih dahulu dalam kelompok dan kegiatan pada kelompok lain tidak terdapat
tempat duduk yang kosong sehingga anak tersebut tidak mengganggu teman lain.
Alat-alat bermain/sumber belajar pada kegiatan pengaman antara lain misalnya
balok-balok bangunan, mainan konstruksi, macam-macam kendaraan, kotak
menara, alat pertukangan, leg puzzle, permainan pola dan
alat bermain/sumber belajar lainnya.
2)
Pembelajaran Kelompok dengan
Sudut-sudut Kegiatan
Sudut
kegiatan adalah sebuah latar untuk kegiatan pembelajaran pada bidang
pengembangan kemampuan dasar tertentu. Sudut kegiatan tersebut, disamping
tempat meletakkan alat dan sumber belajar juga berfungsi sebagai wahana untuk memotivasi
dan mengembangkan kreatifitas anak.
Alat/sumber belajar yang diperlukan pada
pembelajaran dengan sudut-sudut kegiatan berdasarkan minat diatur sedemikian
rupa di dalam ruangan/kelas disusun menurut sifat dan tujuan kegiatan ini.
Alat/sumber belajar yang disediakan dalam sudut-sudut ini beraneka ragam
alat/sumber belajar yang dapat merangsang anak untuk melakukan kegiatan bermain
dengan tangan. Sudut-sudut kegiatan dapat juga difungsikan sebagai tempat
pembelajaran sesuai minat anak untuk merangsang kreativitas anak. Sudut-sudut
kegiatan yang dimaksud adalah:
a) Sudut keluarga : Alat-alat yang disediakan antara lain, seperti Meja-kursi
tamu, meja-kursi makan, peralatan makan,
tempat tidur dan kelengkapannya, lemari pakaian, lemari dapur, rak piring,
peralatan masak (kompor, panci, dsb),
setrika , cermin, bak cucian/ember, papan cucian,serbet, celemek,
boneka, dan sebagainya.
b) Sudut alam sekitar dan
pengetahuan
: Alat-alat yang disediakan antara lain, aquarium
beserta kelengkapannya, timbangan, biji-bijian dengan tempatnya, batu-batuan,
gambar proses pertumbuhan binatang,
gambar proses pertumbuhan tanaman, magnit, kaca pembesar, benda-benda laut seperti kulit-kulit kerang, meja untuk tempat benda-benda yang menjadi obyek pengetahuan, alat-alat
untuk menyelidiki alam sekitar dan sebagainya. Sudut alam sekitar dan
pengetahuan ini hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitar di Taman
Kanak-kanak masing-masing.
c) Sudut pembangunan : Alat-alat yang disediakan antara lain, alat-alat untuk permainan konstruksi,
seperti balok-balok bangunan, alat pertukangan, rak-rak tempat balok,
macam-macam, kendaraan kecil, permainan lego, menara
gelang, permainan pola, kotak menara dan
sebagainya.
d) Sudut kebudayaan : Alat-alat yang disediakan antara lain, peralatan musik/perkusi, rak-rak
buku/ perpustakaan, buku-buku bergambar (seri
binatang, seri buah-buahan, seri bunga-bungaan), buku-buku pengetahuan, peralatan untuk kreativitas, alat-alat untuk pengenalan bentuk, warna,
konsep bilangan, simbol-simbol, dan sebagainya. Sudut kebudayaan ini dapat
dikembangkan berdasarkan budaya setempat dimana TK tersebut berada.
e)
Sudut Ke-Tuhanan : Alat-alat yang disediakan
antara lain, seperti maket-maket rumah ibadah (masjid,
gereja, pura, vihara), peralatan ibadah,
alat-alat lain yang sesuai untuk menjalankan ibadah agama, gambar
yang memupuk rasa, ketuhanan dan sebagainya.
3) Pembelajaran
berdasarkan Minat
Pembelajaran berdasarkan minat
menggunakan 10 area, yaitu: area agama, balok, bahasa, drama, matematika, Sain, musik, seni/motorik halus, pasir dan air, membaca dan menulis. Alat/sumber belajar pada pembelajaran
berdarkan minat antara lain sebagai
berikut:
a)
Area Agama : Maket tempat ibadah (masjid,
gereja, pura, vihara), gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudlu,
sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro’, kartu huruh hijaiyah,
tasbih, juz ‘ama, alqur’an, kitab injil, dan sebagainya.
b)
Area Balok : Balok-balok berbagai
ukuran dan warna, loggo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri
dari triplek berbagai ukuran dan warna,
kotak geometri, kendaraan tiruan (laut, udara dan darat), rambu-rambu
lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek
api, lidi, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan
sebagainya,
c)
Area Berhitung/Matematika : Lambang
bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzel, konsep
bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek,
ukuran tebal tpis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan,
penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan,
papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan
sebagainya.
d)
Area Sains : Macam-macam tiruan
binatang, gambar-gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses
pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras),
kerang, batu/kerikil, pasir, bunga karang,
magnit, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue,
timbangan sebenarnya, gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna,
meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus ( batu, batu bata, amplas, besi,
kayu, kapas, dll.), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi,
asam, cuka, garam, sirup, cabe, dll.), berbagai macam bumbu (bawang merah,
bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit,
jinten, dll.).
e)
Area Musik : Seruling, kastanyet, marakas, organ
kecil, tamburin, kerincingan, tri anggle, gitar kecil, wood block, kulintang, angklung, biola, piano, harmonika, gendang,
rebana, dan sebagainya.
f)
Area Bahasa : Buku-buku cerita, gambar
seri, kartu kategori kata, nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka,
papan planel, kartu nama-nama hari, kartu nama-nama bulan, majalah anak, koran,
macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya.
g)
Area Membaca dan Menulis : Buku tulis,
pensil warna, pensil 2B, kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya.
h)
Area Drama : Tempat tidur anak dan
boneka, lemari kecil, meja-kursi kecil (meja tamu, boneka-boneka, tempat
jemuran, tempat gosokan + setrikaan, baju-baju besar, handuk, bekas
make-up+minyak wangi+sisir, kompor-komporan, penggorengan+dandang tiruan,
piring+sendok+garpu, gelas+cangkir+teko, keranjang belanja, pisau mainan,
ulekan (cobek), mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal+rak sepatu, bermin,
mixer, blender, sikat gigi+odol, telepon-teleponan, baju tentara dan polisi,
baju dokter-dokteran, dan sebagainya.
i)
Area Pasir/Air : Bak pasir/bak air,
aquarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk, botol-botol plastik, tabung
air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir,
serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan agar cerbagai bentuk, penyiram tanaman,
dan sebagainya.
j)
Area Seni dan Motorik : Meja gambar,
meja-kursi anak, krayon, pensil berwarna, pensil 2B, kapur tulis, arang, buku
gambar, kertas lipat, kertas Koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado,
kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya.
b.
Alat/Sumber Belajar di luar
ruangan/kelas
Alat/sumber belajar di luar ruangan/kelas yang digunakan hendaknya
memenuhi kebutuhan anak untuk memupuk perkembangan motorik, intelektual, sosial
dan emosional. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk memperoleh
berbagai pengalaman bermain dengan menggunakan berbagai macam alat/sumber belajar
dan memberi bantuan serta bimbingan pada saat-saat diperlukan.
Penempatan alat/sumber belajar di luar kelas diatur sedemikian rupa
dengan mempertimbangkan segi keamanan anak sehingga memberi kebebasan gerak
kepada anak dalam bermain.
Jenis alat/sumber belajar di luar, antara lain: jungkitan, ayunan, papan
peluncur, papan titian, bak pasir dengan perlengkapannya, bak air dengan
periengkapannya, bola besar dan bola kecil, kereta dorong, alat-alat
pertukangan, kebun/tanam-tanaman, kandang,dan binatang peliharaan, tangga
majemuk, sepeda roda tiga, ban bekas,
taman lalu-lintas, jala panjatan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan, bahwa Pengelolaan Kelas sangat di butuhkan untuk mencapai
pembelajaran yang efektif. Terdapat beberapa pentingnya Pengelolaan kelas
diantaranya :
1. Merencanakan
dan mempersiapkan pengajaran
2. Melanjutkan
interaksi dengan siswa
3. Menggerakkan
siswa melalui kegiatan yang berbeda
4. Mengembangkan
tata tertib
5. Melaksanakan
pengajaran
6. Menciptakan
lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam
proses belajar
7. Mengorganisasi
waktu dan materi pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
1. Haris
Mujiman. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
2. Padmono.
Manajemen Kelas. Solo. Universitas Sebelas Maret.
3. Sri
Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar