BAB
I
PENDAHULUAN
I.
PENGERTIAN
Kata Manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker
Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif
dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Kata manajemen mungkin
berasal dari Bahasa Italia
(1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya
"mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang
berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège
yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris
yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal
dari bahasa Italia. Bahasa Prancis
lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Demi masa.sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian (QS Al-Ashr [103] : 1-2 )
Orang arab mengatakan “al waqtu atsmanu min adz-dzahabi”(
waktu itu lebih berharga radi emas ) orang inggris
mengatakan tame is money ( waktu
adalah uang ). Kedua pribahasa tersebut merupakan perynataan untuk menunjukan
bahwa waktu begitu berharga. Dan saya sendiri menganggap bahwa waktu itu
merupakan asset yang tidak ternilai harganya. Bahkan karena begitu berharga
danpenting nya waktu, Allah bersunpah atas waktu dengan firmannya dalam
AL-Qur’an antara lain :
Demi matahari dan
cahayanya di pagi hari, ( Qs. Asy-Syam [91] : 1 ),
“ Demi waktu matahari sepenggalahan naik, Dan demi
malam apabila Telah sunyi (gelap),”
( Qs. Adh-Dhuha [93] : 1-2 ),
“ Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),Dan siang
apabila terang benderang,”
( Qs. Al-Lail [92] : 1-2 )
Sekarang marilah kita melihat faktanya
bahwa waktu itu merupakan asset utama yang paling berharga. Kalau kita sekarang
punya ung sebesar Rp. 1.000.000,00 dan belum sepat menggunakannya, maka tahun
depan uang itu masih bisa digunakan,bahkan mungkin nilai nominalnya akan lebih
tinggi dari Rp. 1000.000,00. Jika
sekarang kita memiliki luas tanah satu hektar dan belum sempat dimanfaatkan,
maka tahun depan masih bisa dianfaatkan, dengan nilai yang lebih tinggi. Jadi
jika kita memiliki barang / asset dan belum bisa dimanfaatkan sekarang, aka
masih akan bisa dimanfaaatkan pada waktu yang akan. datang. Dengaan oerkataan lain kalau sekarang
kita memiliki beberapa jenis asset dan belum sempaat dimamfaatkannya,maka kita
bisa menabungnya untuk dimanfaatkan di masa yang akan dating. Dengan demikian
kita memiliki pilihan apakah akan menggunakan sekarang atau akan ditabung untuk
digunakan dimasa yang akan dating.
Berbeda dengan barang-barang atau
asset-aset yang lain, jika kita sekarang punya waktu luang satu jam dan tidak
bisa atau belum sempat memanfaatkannya, maka besok,minggu depan,bulan depan,
tahun depan, atau kapanpun kita tidak bisa memanfaaatkanya lagi, akan tetapi
kita kita akan kehilangan untuk selama-lamanya. Kita tidak akan betemu lagi
dengan waktu saat ini dimasa yang akan dating. Jika jam 09 September 2009 tidak
dipergunakan, maka kita akan kehilangan waktu itu untuk selama-lamanya. Oleh karena
itu waktu sangat berbeda dengan aset-aset yang lain, dimana terhadap asset-aset
yang lain kita punya pilihan untuk menggunakannya saat ini atau digunakan pada
kesempatan yang lain, sedangkan terhadap waktu kita tidak memiliki pilihan
kecuali menggunakannya saat ini.
Dalam kehidupan sehari-hari ketika
seseorang dimintai datang untuk menghadiri suatu acara atau untuk berbuat
sesuatu, kita sering mendengar jawaban : saya tidak punya waktu, saya sibuk,
saya banyak pekerjaan, dan sebagainya, padahal semua orang juga sama punya
waktu 24 jam dalam satu hari satu malam atau
jam dalam seminggu. Kita juga sering mengatakan : bagi saya waktu 24 jam
dalam sahari semalam tidak cukup.
Hal
ini mencerminkan begitu pentingnya waktu bagi yang bersangkutan disatu sisi,
dan disisi yang lain menunjukan ketidakmampuan yang bersangkutan dakam
mengelola waktu yang diilikinya.
Untuk itu agar waktu yang dimiliki dapat
dipergunakan seefektif mungkin, maka diperlukan manajeman waktu yang mengatur
penggunaan waktu dengan memperhatikan prioritas untuk masing-masing
pekerjaan/kegiatan. Mungkin istilah manajemen waktu kurang begitu tepat, sebab
yang dimanaje disini adalah diri kita, yaitu bagaimana kita dapat mengatur diri
sendiri untuk menggunakan waktu secara efektif.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1) Bagaimana
caranya mengevaluasi penggunaan waktu ?
2) Apa
yang menjadi penyita waktu terbesar ?
3) Bagaimana
caranya mengelola waktu secara produktif ?
III.
TUJUAN
MANAGEMEN WAKTU
Tujuan Manajemen waktu
adalah untuk mengelola waktu secara efisien dan sistematis untuk
meningkatkatkan produktivitas dengan efektif yaitu dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pemantauan, analisis waktu yang dihabiskan,
penjadwalan, memperioritaskan dan pengawasan produktivitas waktu dengan
tujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan atau meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan atau perorangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
II.1. MENGEVALUASI
PENGGUNAAN WAKTU
Seiring dengan aliran darah, detak
jantung dan hisapan nafas kita, sejalan dengan berputarnya bumi pada porosnya,
dan beredarnya bumi mengelilingi matahari serta beredarnya matahari,maka
waktupun terus berjalan tampa bisa
dihentikan barang sekejappun. Ketika aliran darah terhenti, detak jantung dan
hisapan nafas kita terhenti itu berarti kehidupan kita juga terhenti. Begitulah
waktu yang kita miliki akan terus berjalan dan senantiasa akan terus semakin
berkurang. Oleh karena itu kita perlu mengadakan evaluasi terhadap pemanfaatan
waktu yang biasa kita lakukan, jangan-jangan tanpa disadari kita telah
menghabur-hamburkan waktu yang sangat berharga itu dengan sia-sia.
Hal-hal
berikut ini mengindikasikan telah terjadinya manajemen waktu yang tidak baik :
a.
Jarang
Sekali Mempunyai Waktu Untuk Mengerjakan Pekerjaan Yang Benar-Benar Penting
Kita harus senantiasa melakukan evaluasi
atau introsveksi terhadap apa yang kita kerjakan. Apakah memang pekerjan-pekerjaan
yang senantiasa kita lakukan merupakan pekerjaan yang penting untuk dilakukan
yang dari dilakukannya pekerjaan
tersebut akan memberikan banyak manfaat.atau pekerjaan yang sering dilakukan
itu tidak penting dilakukan karena kurang/tidak memberikan manfaat, pekerjaan
yang selalu kita lakukan itu justru pekerjaan yang tidak boleh di lakukan
karena banyak madaratnya.
Kita
harus membandingkan apakah dalam keseharian kita lebih banyak disibukan oleh
pekerjaan-pekerjaan yang penting atau memberikn manfaat yang benar, ataukah
justru sebaliknya lebih banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak penting
yang manfaatnya kecil atau bahkan pekerjaan yang memberikan madarat. Kalau
ternyata kita jarang melakukan pekerjaan yang penting, itu artinya penggunaan
waktu kita tidak efektif atau manajemen waktunya tidak tepat.
b.
Penggunaan
Waktu Terlalu Banyak Untuk Pekerjaan Yang Mendesak.
Sesuai dengan teori X dan teori Y bahwa
pada diri manusia terdapat sifat-sifat positip sifat-sifat negative. Sifat
negatip pada manusia dapat menghalangi seseorang untuk rnaktualakan seluruh
potensi yang dimilikinya, sehingga tanpa adanya paksaan yang mengikat atas
suatu tugas atau pekerjaan, maka penyelesainnya akan ditangguhkan. Sebagai
contoh suatu pekerjaan baru akan diselesaikan menjelang baerakhirnya batas
waktu. Hal ini dapat terjadi karena
tidak melakukan perencanaan yang baik dalam memjalankan tugas.
Melakukan
pekerjan idealnya menggunakan skala prioritas,artinya pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan diurutkan berdasarkan tingkat pentingnya pekerjaan tersebut
bagi seseorang berdasarkan tugas-tugas dan fungsinya, sehingga tugas tersebut
dapat diselesaikan tepat pada waktunya atau lebih awal dari batas waktu yang
ditentukan. Apabila kita lebih banyak melakukan pekerjaan yang mendesak berarti pengaturan waktunya
tidak baik, karena menyelesaikan pekerjaan yang mendesak dan dilakukan dengan
terburu-buru sehingga hasilnya tidak akan maksimal.
c.
Sering
Masih Di Kantor Sampai Larut Malam.
Apabila seseorang sering masih berada
dikantor sampai larut malam menujukan suatu ketdak mampuannya untuk
menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Hal ini seharusnya tidak terjadi,
karena pekerjaan kator pada umumnya pekerjaan-pekerjaan yang rutin yang
seharusnya dapat diselesaikan pada jam kerja. Dikantor sampai larut malam hanya
wajar kalau terjadi kalau ada pekerjaan yang bersifat insidentil yang yang
menuntut penyelesaian segera, atau untuk melaksanakan pekerjaan yang bersifat
projek.
d.
Membawa
Pekerjaan Kantor Kerumah
Seperti halnya sering berada dikantor sampai
larut malam, menbawa pekerjaan kantor ke rumah, juga menunjukan ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Hal ini akan mengambil hak atas
waktu orang di rumah. Kita ahrus mengakui bahwa waktu yang kita miliki tidak
sepenuhnya milik kita. Sepeti juga halnya dalam harta kita yang kita miliki,
disitu terdapat bagian yang merupakan bagian hak orang lain,yang harus kita
keluarkan untuk membersikan harta yang akan kita nikmati.
Jika kita nikmati semua harta yang kita
peroleh tanpa membersihkan dari hak orang lain, maka tak bedanya kita memiliki
ikan yang didalanya ada durinya dan kita makan semua. Dalam seekor ikan hak
kita hanya dagingnya saja sedangkan durinya itu sebagian kecil. Kalau kita
memakan seluruhnya termasuk durinya, maka kita akan terkena duri tersebut.
Begitu juga dengan waktu yang dimiliki sebagiannya itu harus diberikan kepada
yang berhak, yakni ada waktu untuk Allah pemilik waktu yang sebenarnya, untuk
anak dan istri, untuk family, untuk pekerjaan, untuk relasi, masyarakat dan
pihak lainnya.
Agar
kita bisa berlaku adil, maka sekali lagi saya tegaskan bahwa semua pekerjaan
kantor harus dikerjakan dikantor, dan begitu juga sebaliknya segala urusan rumah
diselesaikan di rumah, jangan urusan rumah di bawa ke kantor atau urusan kantor
diabawa ke rumah. Jika pekerjaan kantor dibawa kerumah berarti penggunaan waktu
di kantor tidak efektif., dan selanjutnya akan mengganggu penggunaan waktu di
rumah.
e.
Mengejakan
Pekerjaan Orang Lain
Dalam suaatu organisasi masing-masing
orang sama pentingnya, apa yang harus dilakukan adalah apa yang terdekat dengan
kita. Prestasi kerja optimal baru akan tercapai apabila semua orang dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan bekerja secara
sinergis. Ketika seseorang melakukan atau menyelesaikan pekerjaan orang lain,
maka secara otomatis akan menghabiskan sebagian waktu yang seharusnya
dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya sendiri. Dalm suatu organisasi, kadangkala kita menemukan orang yang
senang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan orang lain, sementara pekerjaan yang
seharusnya menjadi tugah utamanya malah terabaikan.
f.
Merasa
Sangat Diperlukan.
Ketika seseorang merasa dirinya sangat
diperhatikan, maka ia akan senantiasa berusaha untuk melibatkan diri dari setiap
kegiatan, walaupun sesungguhnya ia tidak terlalu berkompeten pada bidang
pekerjaan tersebut. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan terambilnya
waktu yang sebetulnya harus digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi
tugas utamanya. Dismping itu juga prilaku seperti ini mungkin dapat mengakibatkan
kurang efektifnya pelaksana pekerjaan terdebut karena memang bukan
kompetensinya.
g.
Terlalu
Banyak Mengikuti Rapat
Rafat atau pertemuan merupakan salah
satu kegiatan rutin seorang wirausaha yang cukup banyak menyita waktu, apa lagi
jika di tambah dengan pertemuan-pertemuan yang mengalami keterlambatan memulai.
Hal ini akan lebih parah lagi jika letak pertemuan tersebut cukup jauh.
Undangan-
undangan rapat mungkin ada yang memang perlu diikuti secara langsung tanpa
mewakilkan, mungkin juga ada yang bisa diwakili stap, dan mungkin juga ada yang
bisa tidak dihadiri. Ketika seorang manager selalu memenuhi seluruh undangan
rapat secara pribadi ( tidak mewakilkan ) sudah barang tentu akan banyak
menyita waktu kerjanya.
h.
Jarang
Menyelesaikan Tugas Tepat Pada Waktunya
Kita seringkali menjumpai tupukan
pekerjaan di atas meja kerja. Ada dua kemungkinan kondisi yang terjadi, yakni
memang betul-betul sibuk, atau karena kebiasaan menunda penyelesaian pekerjaan.
Pada umumnya pekerjaan yang menumpuk itu umumnya karena kebiasaan menunda,
bukan karena tidak memiliki waktuuntuk menyelesaikannya. Menunda menyelesaikan
pekerjaan tersebut memang memilikiberagam mitivasi, ada yang menunda pekerjaan
karena malas, karena sudah menjadi kebiasaan sehingga dianggap normal, karena
berharap imbalan dari yang berkepentingan, karena beranggapan yang penting
selesai, atau karena tidak mampu, dan sebagainya, padahal apapun alasanya
menyelesaikan pekerjaan denganlebih cepat adalah lebih baik.
Yang
berbahaya apabila tidak tepat waktu itu karena pekerjaan malas, artinya
sesungguhnya ia mampu menyelesaikannya tepat waktu, tetapi pekerja itu tidak
mau menggunakan kemampuannya. Menurut Goeller dan Uraneck (1980:11) : ternyata
kebanyakkan manusia menggunakan potensi otaknya hanya 10% dari yang diilikinya.
Contoh
; Setelah beberapa kali pertemuan perkuliahan seorang dosen memberi tugas
kepada para mahasiswanya untuk menyusu sebuah makalah. Makalah harus diserahkan
paling lambat saat ujian akhir semester. Tugas itu sebetulnyasudah biasa
langsung mulai dikerjakan begitu
perkuliahanselesai saat mana dosen member pengumuman tersebut. Biasanya
sebagian mahasiswa baru menyelesaikan pekerjaan tersebut menjelang ujian dilaksanakan,
bahkan tidak jarang pula ketika tiba waktu untuk mengumpulkan tugas itu masih
di foto copy. Sama halnya dengan cara mereka mempersiapkan ujian, ada yang
meang senantiasa mempersiapkan dari awal dengancara belajar secara
berkesinambungan, akan tetapi tidak jarang mahasiswa yang menumpukkannya
sehingga baru belajar serius menjelang ujian (sering disebut cara belajar SKS =
Sistem Kebut Semalem)
i.
Sering
Merasa Terburu-buru
Merasa terburu-buru terjadi ketika kita
sedang dihadapkan kepada kurangnya waktu untuk melaksanakan/menyelesaikan sesuatu
pekejaan tertentu. Umumnya terjadi karena menangguhkan pekerjaan, dan ketika
waktunya sudah mepet baru dikerjakan. Atau tidak melakukan penjadwalan terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan. Menyelesaikan pekerjaan dengan
terburu-buru berpeluang besar menghasilkan pekerjaan yang tidak sempurna atau
salah, yang pada gilirannya harus dikerjakan kembali.
j.
Membiarkan
Orang Lain Mengatur Waktu Anda
Membiarkan Orang Lain Mengatur Waktu
Anda, bukan berarti bahwa jadwal anda dibuat orang lain, akan tetapi jika anda
sudah memilki jadwal kegiatan yang harus dilaksanakan dengan alokasi waktu
tertentu, akan tetapi anda merubah pelaksanaan kegiatan tersebut akibat
menyesuaikan terhadap kegiatan atau keinginan orang lain, maka sudah barang
entu akan kehilngan banyak waktu.
Jika
hal-hal tersebut diatas banyak hal yang sering dijumpai atau dirasakan dala
kehidupan anda sehari-hari, itu artinya
anda belum dapat mengelola atau menggunakan waktu secara baik, sehingga anda
harus belajar banyak untuk dapat memanfaatkan waktu secara efaktif. Janganlah
menjadi korban dari kesalahan pengelolaan waktu, sebab waktu yang tidak
dimanfaatkan dengan baik akan pergi
dengan begitu saja tanpa akan kembali, dan tidak akan dapat memanfaatkannya
pada kesempatab lain di masa yang akan dating. Sebelum anda melanjutkan membaca
manajemen waktuini ada baiknya jika terlebih dahulu anda mencoba melakukan
evaluasi penggunaan waktu yang anda lakukan selama ini dengan lebih mendetail
lagi. Buatlah rincian pekerjaan-pekerjaan rutin yang selau anda kerjakan dalam
satu hari satu malam, dan ukur rata-rata waktu yang di perlukan untuk
menyelesaikannya.
Sebagai
contoh :
Jika
anda seorang mahasiswa coba sajikan alokasi waktu anda kedalam berbagi
rutinitas rutin.
Tabel
Alokasi Penggunaan Waktu
No
|
Jenis
Aktivitas
|
Waktu
Yang Dibutuhkan (menit)
|
01
|
Belajar
|
|
02
|
Makan
|
|
03
|
Mandi
|
|
04
|
Shalat
|
|
05
|
Tidur
|
|
06
|
Tidur Siang
|
|
07
|
Bercengkrama dengan Keluarga
|
|
08
|
||
09
|
||
10
|
||
Jumlah
|
…………………menit.
|
Silahkan
mebuat label yang sesuai denagan aktivitas rutin yang betul-beul biasa anda
laukan setiap hari.istilah semua elemen untuk aktivitas tersebut dengan lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Setelah anda menggunakan waktu
anda selama 34 jam dalam satu hari satu malam,lakukan evaluasi terhadap semua
elemen aktivitas apakan yang penggunaan wakunya sudah cukup tepat atau mungkin
terlalu banyak (pemborosan) atau mungkin terlalu sedikit. Terhadap aktivias
yang memboroskan waktu, kurangilah dan terhadap aktivitas yang waktunya
dianggap kurang, tambahlah sehingga tercapai alokasi penggunaan waktu anda yang
seadil mungkin.
II.2.
PENYITA WAKTU TERBESAR
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak selamanya dapat menggunakan waktu seperti yang
kita inginkan. Ada pemborosan waktu yang memang tidak kita sadari, akan tetapi
ada juga kita melakukan pemborosan waktu itu dengan penuh kesadaran. Walaupun
kita manyadari betul bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan tertentu tidak
produktif, akan tetapi kadangkala kita sulit atau bahkan tidak memiliki
kemampuan untuk menghindarinya. Untuk dapat memanaje waktu secara baik,
terlebih dahulu perlu diketahui penyita waktu terbesar dalam kehidupan
sehari-hari. Hal-hal berikut ini merupakan kondisi-kondisi yang dapat menyita
waktu, sehingga penggunaannya menjadi tidak produktif :
a.
Tamu
Yang Tidak Di Kehendaki
Tamu
adalah orang yang mengunjungi atau menemui kita, dan terhadap mereka agama
mengharuskan kita untuk menghotmatinya. Hal ini merupakan suatu yang mutlak
harus kita lakukan, tapi dilain pihak tau jangan mentang-mentang harus
dihormati sehingga gila hormat, tamu juga mutlak harus tahu diri. Artinya
walaupun pribumi mempunyai kewajiban untuk melayani dan menghormati tamunya,
Akan tetapi juga harus memastikan bahwa kehadirannya tidak menganggu
pribuminya. Ketika ada orang yang bertamu mungkin sebenarnya pribumi tidak siap
menerima tamunya karena berbagai alas an seperti : harus segera berangkat, sedang tidak mau
diganggu, sedang memiliki banyak pekerjaan dan sebagainya.
Oleh
karena itu ketika sedang bertamu, kita harus memahami isyarat-isyarat yang
dapat ditangkap dari pribumi misalnya : seringnya melihat jam, tersirat dalam
ungkapan-ungkapan atau ungkin terlihat gelisah, mungkin juga melalui sikap dan
ungkapan anaknya atau lingkingannya seperti suara-suara diruang belakang. Tamu
haruslah peka terhadap kondisi karena ketika pribumi sudah menginginkan tamunya
untuk segera pergi seringkali pribumi tidak memiliki keberanian untuk
menyatakannya secara langsung, sehingga tamulah yang harus berusaha memahami
situasi pribumi.
Mungkin
sebagian besar orang mengalmi ketika kelurga sedang bersiap-siap untuk
berangkat, tiba-tiba datang tamu yang sebelumnya tidak diketahui kedatangannya,
baik itu famili, teman salesman atau siapapun. Mungkin tamu tidak tahu kalau
pribumi mau pergi, atau bisa terjadi sang tamu tahu kondisi dari pribumi,
tetapi tidak mau tahu, sehingga meskipun pribumi sudah membarikan berbagai
isyarat agar tamu segera pergi, tapi tamunya tetap bertahan untuk tidak segera
pamit. Atau mungkin waktu kita tersita tanpa kita sadari, misalnya ketika kita
terlibat dalam diskusi dengan tamu sehingga tanpa kita sadari pembicaraan kita
telah cukup banyak memakan waktu.
b.
Ketidak
Mampuan Menyatakan Tidak
Kata
“Tidak” sepertinya sesuatu yang biasa-biasa saja, yaitu sesuatu yang mudah
untuk dikatakan dan dilakukan. Setiap hari dalam pembicaraan sehari-hari,
senantiasa muncul kata /ungkapan “Tidak” bahkan kita bisa mengatakan tiada hari
tanpa berkata “Tidak” akan tetapi dalam kondisi tertentu, bahkan untu sesuatu
hal yang penting sekalipun, kadangkala kita mengalami kesulitan atau
ketidakmampuan untuk menyatakan “Tidak”.
Hal
ini terjadi umumnya karena ingi menghargai orang lain, ingin menyenangkan,
sungkan, takut orang lain kecewa, atau mungkin tidak mau membuat orang lain
tersinggung, maka dengan terpaksa menyatakan ya walaupun akhirnya kitayang
dirugikan karena menyita banyak waktu. Misalnya walaupun kita tidak tertarik
sama sekali akan jenis produk, akan tetapi karena sesorang memaksa meminta waktu
untuk mendemokan produknya terpaksa kita luangkan waktu untuk memperhatikannya.
Kondisi ini diperparah lagi oleh asumsi atau kebiasaan di masyarakat, bahwa
ketika orang ditanya tidak menjawab, maka jawabannya dianggap Ya.
Mungkin
orang yang kita hormati atau yang lebih senior meminta kita melakukan sesuatu,
padahal pada waktu yang bersamaan kita sedang atau akan melakukan suatu pekerjaan
(yang sebetulnya kalau saja mereka tahu apa yang sedang atau akan kita lakukan,
mereka tidak akan menyuruhnya), akan tetapi karena enggan menolak atau sungkan,
kita tidak menyampaikan apa yang sedang atau akan dilakukan tersebut.
c.
Melakukan
Segalanya
Organisasi
merupakan suatu system yang terdiri dari beberapa sub kesatuan yang saling
melengkapi. Suatu system baru akan berjalan dengan baik apabila susistem yang
membentuknya saling mendukung sehingga dapat bekerja secara sinergis. Setiap
individu dalam organisasi merupakan suatu sub system yang mepunyai tugas dan
tanggung jawab tertentu. Ketika organisasi berkembang, maka tugas dan tanggung
jawab seorang manajer akan semakin bertambah.
Bertambahnya
tugas dan tanggung jawab berarti akan menambah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikannya. Jika hal itu dilakukan sendiri berarti akan menghabiskan
waktu untuk melaksanakan tugas-tugas pokok yang sebenarnya lebih urgen untuk
segera diselesaikan. Semakin banyaknya tugas yang yang harus diselesaikan, akan
berarti juga konsentrasi pemikiran dan tenaga menjadi terbagi yang akan
mengakibatkan terlambatnya penyelesaian tugas-tugas. Dengan perkataan lain
melakukan segala-galanya berarti akan kehilangan banyak waktu untuk
melaksanakan hal-hal yang sebetulnya sebagian pekerjaan itu dapat didelegasikan
kepada para bawahan.
d.
Terlalu
Banyak Aktivitas yang Tidak Perlu Dilakukan
Sebagai
seorang manusia sesuatu hal yang wajar jika kita ingin melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka memuaskan kebutuhannya, karena sesuai dengan kodratnya
kepuasan manusia itu tidak terbatas. Akan tetapi walaupu n demikian setiap
orang harus mampu mengendalikan diri sehingga tidak dianggap sebagai seseorang
yang rakus. Disamping itu dengan terlalu banyaknya orang melakukan hal-hal yang
tidak perlu, akan menyita banyak waktu yang sebetulnya dapat digunakan untuk
menjalankan kegiatan lain yang lebih produktif.
Misalnya
seseorang mempunyai kesepatan untuk bekerja dengan honor Rp.50.000,- per jam,
akan tetapi dia malah mencuci mobil selama 1,5 jam yang sbetulnya bisa
dilakukan orang lain dengan bayaran Rp.15.000,-. Dalam kondisi ini berarti yang
bersangkutan kehilangan kesempatan bekerja dengan opportunity cost Rp.60.000,.
e.
Menangguhkan
Pekerjaan
Ada orang yang merasa bangga ketika dimejanya
menumpuk pekerjaan, seolah-olah sebagai orang yang super sibuk sehingga
pekerjaannya tidak sempat terselesaikan. Padahal umumnya bertumpuknya pekerjaan
tersebut bukan karena tidak dapat diselesaikan, akan tetapi memang karena dad
unsure kesengajaan untuk tidak menyelesaikannya. Banyak hal yang menyebabkan
penangguhan suatu pekerjaan, disamping karena banyaknya pekerjaan, bisa juga
karena pekerjanya memang malas, ada
pekerjaan lain mendesak harus diselesaikan, menunggu intruksi atau rekomendasi
atasan, tidak bisa melaksanakannya, atau mungkin ada motivasi lain seperti
seperti menginginkan adanya imbalan langsung dari pihak yang dilayani.
Yang
terakhir ini umumnya terjadi di birokrasi dalam memberikan layanan public
seperti : dalam pengurusan perijinan, kenaikan pangkat, pengurusan akte
kelahiran dan sebagainya, yang merupakan kegiatan administrasi yang bisa jadi kendalanya
hanya dalam memindahkan dari satu meja ke meja yang lainnya.
Jika
suatu pekrjaan ditangguhkan penyelesaiannya. Maka pada saat akan melanjutkan/
menyelesaikan dibutuhkan waktu untuk menyesuaikan terlebih dahulu. Hal ini
dapat diibaratkan sebuah msin yang tengah beroprasi kemudian dihentikan, maka
untuk mengoprasikannya kembali diperlukan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk memanaskannya
terlebih dahulu. Itu sebabnya di pabrik-pabrik serinkali seorang pegawai harus
tetap bekerja walaupun hari raya, karena ketika dihentikan maka akan
menimbulkan kerugian yang besar akibat lamanya terbuang waktu untuk menunggu
mesin siap beroprasi lagi. Begitu juga otak kita ketika sedang digunakan untuk memikirkan sesuatu
kemudian dihentikan, maka untuk mulai memikirkan kembali hal tersebut
diperlukan waktu yang lama, karena pada dasarnya proses berpikir adalah proses
menghubung-hubungkan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya
atau pemikiran yang satu dengan pemikiran yang lain sehingga memerlukan energy
untuk menjalankan dan memulainya lagi. Maka saat akan menyelesaikannya atau
melanjutkannya maka perlu waktu untuk menghubung-hubungkan antara ide yang
sudah di kerjakan dengan yang akan dilaksanakan. Bahkan kemungkinann besar
bahan-bahan yang diperlukan sudah tidak tersedia atau berada di tempat lain yang
memerlukan waktu untuk mencarinya. Disamping membuang-buang waktu menunda
pekerjaan juga dapat menghilangkan kesempatan.
f.
Tidak
mamfu memutuskan pembicaraan
Apabila
kedua pihak melakukan komunikasi secara lisan, baik dengan cara bertatap muka
langsung atau pun melalui telepon, ada tiga kondisi yang mungkin terjadi,
yaitu:
1. Kedua
belah pihak merupakan tipe komunikator yang aktif dan agresif.
2. Kedua
belah pihak merupaka tipe komunikator
yang pasif.
3. Satu
pihak tipe komunikator aktif dan pihak yang lainnya pasif.
Ketika
Komunikasi terjadi antara komunikator yang aktif dengan komunikan yang juga
aktif/agresif, maka ada kemungkinan masing-masing tidak bisa menahan diri sehingga kedua belah pihak sulit
untuk memperhatikan pembicaraan, karena masing-masing pihak ngotot untuk terus
bicara. Sementara itu ketika dalam proses kominikasi berhadapan antara pihak
yang pasif dan pihak yang agresif,maka pihak yang agresif memiliki kecendrungan
merampas/mengambil hak pihak yang pasif. Komunikator yang pasif kemungkinan
akan mengalami kesulitan untuk mengambil pembicaraan, bahkan mungkin terjadi si
pasif tidak kebagian waktu untuk menyampaikan pesannya.
Misalnya
seorang komunikator pasif inggin menyampaikan sebuah informasi kepada seseorang
kepada seseorang kominikasi yang aktif melalui telepon, bisa jadi ketika
telepon diangkat penerima telepon langsung berbicara dengan penuh semangat
sehingga yang menelepon tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara, sehingga
untuk menyampaikan pesannya si penelepon harus………yang menelepon itu siapa. Hal
yang saa akan terjadi kalau komunikan agresif menelepon komunikan yang pasif,
maka ada kemungkinan hanya menjadi pendengar tanpa memiliki kesempatan untuk
menyampaikan reponnya. Dalam kondisi seperti diatas maka akan terjadi kesulitan
bagi yang pasif untuk memutuskan pembicaraan.
Saya
yakin masing-masing pernah mengalami kesulitan memutuskan pebicaraan dengan
pihak lain, misalnya ketika menghadapi atasan, ketika menghadapi orang tua,
ketika menghadapi orang yang sudah lama tidak bertemu dan sebagainya. Hal ini
mungkin terjadi karena rasa ingin menghormati, perasaan takut menyinggung,
perasaan takut di anggap tak sopan atau rasa ingin menyenangkan yang
berlebihan. Dengan kesulitan memutuskan pembicaraan tersebut, maka sudah barang
tentu waktu kita akan banyak tersita.
g.
Perjalanan
Melakukan
perjalan merupakan suatu aktivitas yang tidak mungkin dihindari oleh karena
wirausaha,baik untuk menghindari pertemuan, menghubungi supplier, menghubungi
calon konsumen, penjajangan pasar, mengevaluasi calon mitra uasaha, maupun
untuk bertemu dengan mitra-mitra perusahaan lainnya. Mereka yang dihubungi
mungkin berada ditempat yang cukup jauh dari tempat domisili usaha, sehingga
untuk sampai tujuan diperlukan waktun berjam-jam atau bahkan sehari perjalanan.
III.3 MENGELOLA WAKTU SECARA PRODUKTIF
Secara
filosofis produktivitas merupaka spirit dan usaha untuk senantiasa meningkatkan
kehidupan, yakni hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus
lebih baik disbanding hari ini. Untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari
kemampuan kita hindari perangkap waktu seperti yang telah dibahas dimuka, serta
kemampuan yang menggunakan waktu secara produktif, yakni melalui upaya-upaya
sebagai berikut :
a.
tetap
batas waktu
Hidup
adalah perjalanan, oleh karena itu agar perjalanan kita sampai kepada tujuan
hendak dicapai tepat pada waktunya, maka kita perlu memprogramnya sebelum
perjalanan di mulai. Walau pun kita percaya adanya takdir, akan tetapi tidak
berarti harus menyerah kepada segala takdir tampa melakukan usaha. Dalam
pencapaian tujuan hukum sebab akibat tetap berlaku, walaupun pada akhirnya
tangan yang maha kuasalah yang akan menentukannya. program dimulai dari program
jangka panjang untuk mencapai tujuan hidup kita, kemudian program jangka
panjang tersebut menterjemahkan kepada program jangka menengah dan jangka
pendek.
Program
jangka pendek harus diterjemahkan kedalam aktivitas-aktivitas atau
pekerjaan-pekerjaan. Sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu
uraikan pekerjaan ke dalam elemen-lelemen kerja, dan taksirlah waktu nyang
diperlukan untuk menyelesaikan elemen
kerja. Dengan memberikan tolelansi, tuntunan waktu standar yang diperlukan
unutuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Setelah taksiran waktu waktu setandar
diketahui, selanjutnya tetapkanlah batas waktu penyelesaiannya.
Hal
ini berguna sebagai suatu sprit untuk pencapainya dan alat untuk memudahkan
dalam meng evaluasi pencapai tujuan. tanpa menetapkan batas waktu yang tegas
maka penyelesai akan molor mengikuti kaidah perkinson : pekerjaan mengambang
sesuai waktu yang tersedia bginya. Dengan demikian jika suatu pekerjaan yang
direncanakan akan dikakukan tanpa ada batas waktunya bisa jadi tadak pernah selesai.
b.
Lakukan
sekarang juga
Seperti
diungkapkan di muka bahwa terdapat pekerjaan
yang menumpuk ( tidak selesai ) tidak Selamanya menunjukan terlalu
banyak pekerjaan yang harus diselesaikan seseorang, akan tetapi sering kali
terjadi karena yang bersangkutan menunda/menangguhkan penyelesai pekerjaan
tersebut. Menunda penyelesaian suatu pekerjaan saat ini sudah merupakan suatu
kebiasaan diberbagai kantor/instansi. Hal ini pula yang menunjukan buruknya
kinerja, sehingga muncul ungkapan jika bisa diperlambat kenapa harus
dipercepat.
Allah
memperingatkan kita dalam Al- Qur’an Surat Al- Insyirah//Alam-Nasyrah ayat 7 :
apabila kamu telah selessai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain. Ayat ini memerintahkan kepada manusia agar bersegera menyelesaikan
pekerjaan yang dihadapinya. Bahkan seharusnya setelah selesai meksanakan
pekerjaan lain dengan lebih sungguh-sungguh lagi.
c.
Hindari
tatap muka langsung
Unttuk
mengkomunikasikan kepada pihak lain atau pihak lain ingin mengkomunikasikan
kepada pihak kita, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti :
Ø Komunikasi
dengan tatap muka ( bertemu langsung )
Ø Menggunakan
telepon, faximeile, surat, e-mail, kurir.
Komunikasi
menggunakan sarana telepon faximile, surat, e-mail, kurir mempunyai beberapa
kelemahan, sebab :
1. Tidak
bisa kominikasi langsung, apabila bahan yang dikomunikasikan belum dapt
dipahami oleh penerima.
2. Memerlukan
waktu yang lama untuk dapat mengetahu respon dari komunikasi ( penerima )
informasi.
Untuk
menyampaikan respon informasi yang memerlukan telepon segera, dapat dilakukan
melalui tatap muka atau melalui telepon. Komunikasi melalui tatap muka langsung
disamping memeiliki beberapa mnfaat juga memiliki kelemahan, antara lain juga
dapat menhabiskan waktu yang lebih lama, sebab untuk bisa bertatap muka berarti
harus ada pengorbannan untuk dapai smapai ketempat dimana pertemuan di lakukan.
Dengan tatap muka langsung , juga besar kemungkinan untuk membicarakan hal yang
lain diluar pokok permasalahan, bahkan bisa dibicarakan hal ini justru memakan
waktu yang lebih lama ketimbang membicarakan pokok permasalahan.
d.
Rencanakan
pekerjaan untuk hari esok
Setiap
hari setelah selesai melaksanakan pekerjaan, sebaiknya sebelum menempatkan hari
bekerja, lakukan evaluasi terhadap seluruh program yang telah direncanakan.
Jika ada pekerjan-pekerjaan yang belum selesai dan menurut penyelesaian segera,
atau ada pekerjaan-pekerjaan yang sudah selesai akan tetapi masih memerlukan
pekerjaan lanjutan, maka buatlah pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan,
catat siapa saja yang harus dihubungi dan apa keperluannya.
Persiapkanlah
pekerjaa-pekerjaan yang harus di kerjakan besok dengan skala prioritas, mulai
pekerjaan yang harus segera di selesaikan sampai dengan yang biasa ditunda,
mulai hal-hal kecil seperti bagaimana meletakan ballpoint agar memudahkan
pengambilannya besok hari, sampai dengan hal-hal yang besar yang memerlukan
pemikiran dan energy yang besar untuk menyelesaikannya. Jika ada kesalahan
kepada orang lain, prioritaskanlah untuk meminta maaf. Dengan demikian hari
esok tiadak akan membuang waktu-waktu untuk memilih pekerjaan yang harus
diselesaikan.
e.
Bergurulah
pada pengalaman
Pepatah
mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang baik. Artinya apabila kita hendak
melakukan sesuatu, harus senantiasa berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya,
sehingga diharapkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan tidak akan
terulang, dan hal-hal yang mempercepat pencapaian tujuan diperbanyak. Dengan
perkataan lain berguru pada pengalaman akan mamfu menghindarkan kiata
terjerumaus pada lobang yang sama sehingga tidak akan membuang-buang waktu
untuk segera mencapi tujuan yang telah
ditentukan.
f.
Ajukan
pertanyaan
Agar
tindakan yang dilakukan betul-betul tindakan yang terbaik, maka sebelum
melakukan pekerjaan pastikan terlebih dahulu bahw apa yang akan dilakukan itu
adalah betul-betul sesuatu yang memang seharusnya dilakukan dimaksimalkan
manfaat optimalnya, atau pekerjaanyang manfaatnya relative kecil, tidak
memberikan manfaat, atau bahkan pekerjaan tersebut memiliki potensi merugikan ?
untuk mencapai ke hal terbaik tersebut, maka sebelum melakukan sesuatu terlebih
dahulu ajukan pertanyaan-pertanyan berikut ini ( 5 W 1 H ) :
-What ? Apa
?
Pekerjaan apa yang akan dilaksanakan,
artinya sebelum aktivitas dimulai kita harus tahu persis mengenai seluk baeluk
dari pekerjaan yang harus dilaksanakan.
-Why ? Mengapa
?
Mengapa pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan ? hal ini terkait dengan sejauh mana urgensinya suatu aktivitas
dilakukan. Dengan demikian pertanyaan ini menuntut pertimbangan yang matang
apakas suatu aktivitas perlu dilakukan ataukan tidak perlu dilakukan? Apa
keuntungan dan kerugian nya jika pekerjaan itu dilakukan,serta apa
keuntungannya dan kerugiannya jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan.
-When ? Kapan
?
Kapan pekerjaan itu harus dilakukan,
dalamarti kapan dimulainy, dan kapan berakhirnya pekerjaan tersebut. Hal ini
menyangkut ketepatan waktu pelaksanaan, sebab sesuatu yang dilaksanakan
momennya tidak tepat, maka tidak akan memberiakan manfaat yang optimal.
-Where ? Dimana
?
Dimana pekerjaan itu dilakukan ? hal itu
menyangkut tempat pelaksaaan kegiatan. Janganlah melakukan kegiatan ditempat
yang membahayakan keselamatan. Atau tempat yang akan mengganggu phak lain.
-Who ? Siapa/dengan
siapa ?
Siapa yang akan melaksanakan pekerjaan
tersebut? Atau dengan siapa pekerjaan tersebut akan di lakukan ? hal ini
menyangkut denagan orang yang akan menjalankan pekerjaan. Setiap pekerjaan haru dikerjakan oleh
ahlinya. Artinya suatu pekerjaan hanya akan menghasilkan hasil yang terbaik,
hanya jika dilakukan oleh orang yang tepat. Jangan sekali-kali menyerahkan
suatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya. Karena jika itu terjadi maka itu artinya
kita sedang menunggu kehancuran.
-How ? Bagaimana?
Hal ini menyangkut metode atau cara atau
tehnik. Lakukanlah pekerjaan dengan cara yang cerdas, karena cara melakukan
akan mementukan hasil yang diperoleh. Bahan yang baik sekalipun, jika dibuat
dengan cara yang salah tidak akan dapat memberikan hasil yang baik. hasil yang
baik hanya bisa diperoleh melalui cara yang benar.
g.
Mempersingkat
waktu pertemuan
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering sekali mendengar jam karet atau waktunya
ngaret,yang menunjukan penggunaan waktu yang efektif. Maemang Indonesia
merupakan penghasil karet terbesar , akan tetapi tidak seharusnya menggunakan
waktu seperti karet yang bisa molor. Kenyataan yan dalam suatu pertemuan
seringkali menyita waktu yang cukup lama, baik karena keterlambatan waktu yang
cukup lama, baik karena keterlambatan memulai, agendanyan tidak jelas,
pembicaraan yang mengarah ke debat kusir dan Karen hal-hal lain. Oleh karena
itu untuk mempersingkat waktu pertemuan perlu dilakukan upaya-upaya antara lain
: memulai pertemuan sesuai jadwal yang telah ditentukan, pimpinan harus
memahami permasalahan dan apa yang diharapkan para peserta, menjaga pertemuan
tetap berada padajalurnya, pimpinan pertemuan harus tegas dan bijaksana,
menggunakan bahaa,yang sederhana, dekatkan waktu rapat dengan jam makan.
h.
Memanfaatkan
waktu dalam perjalanan.
Perjalanan
yang merupakan suaktu aktivitas tidak bisa di hindari, baik perjalanan rutin ke
tempat kerja, menghindari seminar atau rapat diluar kota, pulang kampong,
mengunjungi family atau teman,
menghadiri undangan dan sebaginya. Dalam perjalan kita sering kali kehilangan
banyak waktu, baik karwna kemacetan lalu lintas, menunggu pemberangkatan
pesawat /pesawat/bis/ atau gangguan tekhnis perjalanan. Oleh karena itu kita
harus memanfaatkan waktu dalam perjalanan tersebut.
Untuk
perjalan yang dilakukan secara rutin seperti perjalanan ke sekolah atau ke
kantor, sekali-kali gunakan rute jalan yang berbeda untuk membuat variasi dan
lebih mengetahui lingkungan. Perjalanan tersebut mungkin dilakukan dengan
menggunakan kendaraan sendiri, numpang kendaraan orang lain, maupun menggunakan
kendaraan umum, kita harus tetap dapat emanfaatkan waktu secara epektif selama
dalam perjalanan tersebut.
i.
Seleksi
tamu
Bagi
seorang pimpinan, menerima tamu termasuk salah satu aktivitas utamanya. Jika
semua tamu hendak berkunjung delayani pimpinan, bisa jadi waktunya habis hanya
untuk menerima tamu. Untuk mengtasi waktu yang tersita oleh tamu yang tidak diharapkan, dapat disiasati
dengan menyeleksi tamu yang ingin berkunjung. Untuk tamu yang berkunjung secara
langsung tanpa ada ijin atau pemberitahuan terlebih dahulu, tugaskan sekretaris
untuk melayani dan menanyakan kepentingan kedatangannya, yang selanjutnya
menyeleksi tamu mana yang bisa diterima dan tamu mana yang tidak bisa diterima.
Tamu-tamu yang keperluannya bisa dilayani sekertaris atau staf, tugaskan mereka
untuk menanganinya.
j.
Terima
tamu di luar kantor
Untuk
tamu-tamu yang tidak penting, sebaiknya diterima diluar kantor sambil berdiri.
Dengan diperlakukan seperti itu diharapkan tamu yang bersngkutan akan
mempersepsikan bahwa pribumi akan segera berangkat ke luar atau menyadari bahwa
kehadirannya tidak begitu diharapkan, sehingga pembicaraan akan langsung fokus
ke pokok permasaahan saja tanpa basa-basi terlebih dahulu. Setelah selesai tamu
akan segera pegi, dengan demikian waktu kita bisa dihemat.
k.
Beranilah
menolak
Sebagai
orang timur, khususnya orang Jawa/Sunda, kita sering kali berpura-pura dengan
harapan akan memuaskan orang lain atau agar tidak mengecwakan mereka, walaupun
akibatnya bisa jadi kita yang mengalami kekecewaan atau bahkan kerugiaan.
Sebagi contoh kita sebagai seorang konsultan Bank Indonesia asal Erofa bertugas
di jawa barat, dia menyatakan bahwa ketika dia menyampaikan program, semua
menurut saja. Akan tetapi ketika waktunya implementtasi juga tidak seorangpun
yang melaksanakanya. Sementara ketika bertugas di Medan dia mengatakan bahwa
ketika menyampaikan program banyak yang mendebat dan yang menolak, akan tetapi
ketika program disepakati untuk diteruskan, maka pada implementasinya mereka
kompak melaksanakannya.
l.
Jangan
Melakukan Segala Aktivitas
Kita
harus menganalisis kesempatan-kesempatan yang bisa dilakukan, terutama waktu
yang bersamaan. Pekerjaan-pekerjaan yang lebih efektif dikerjakan orang lain
sebaiknya biarkan mereka yang mengerjakan atau kita tentukan mana pekerjaan
yang harus dilakukan sendiri dan mana yang harus didelegasikan/diserahkan
kepada orang lain, dari beberapa pekerjaan yang harus dilakukan pada saat yang
bersamaan. Prinsipnya ketika kita melakukan suatu pekerjaan jangan sampai
menimbulkan biaya kesempatan (opportunity
cost)
m.
Hidari
Mencapai Kesempurnaan
Kesempurnaan
adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dicapai, atau bahkan tidak ungkin dapat
dicapai karena Kesempurnaan hanya milik Alloh SWT. Sering terjadi dalam
melakukan atau membuat sesuatu, orang berusaha untuk mencapai hasil yang ideal,
akan tetapi akhirnya malah tidak pernah tercapai atau bahkan mungkin tidak
pernah melakukan apapun. Mencari kesempurnaan seringkali hanya membuang-buang
waktu saja, oleh karena itu lakukanlah apa yang memang bisa dilakukan.
n.
Bunuh
Rasa Iri dan Dengki
Susah melihat orang
senang dan senang melihat orang susah,
itulah sebuah ungkapan yang patut kita hayati secara mendalam, sebab bukan hal
yang tidak mungkin ungkapan itu ternyatabukan hanya sekedar pertanyaan dalam
iklan sebuah produk, akan tetapi jangan-jangan sekali waktu berlabuh dihati
kecil kita. Hati-hatilah jangan sampai itu terjadi, sebab iri hati dan dengki
merupakan penyita waktu, dan dapat menggerogoti kebahagiaan kita. Iri hati dan
dengki merupakan penyakit yang berbahaya dari penyakit menular. Katakan saja
kanker otak, merupakan penyakit yang sangat ganas yang sering membawa kematian
para penderitanya. Meminjam istilah KH.Zainudi MZ, bahwa seganas-ganasnya
kanker otak paling banter menyebabkan penderitanya meninggal dunia, tidak
seganas iri hati dan dengki yang dapat menyebabkan penderitanya sampai ke
neraka.
Ketika
seseorang mempunyai rasa iri terhadap orang lain, maka waktunya akan habis
untuk memikirkan orang lain, atau bahkan terus memikirkan bagaimana caranya
menjatuhkan orang lain, sedangkan dirinya sendiri tidak pernah dipikirkan.
Sementara orang lain yang dipikirkannya, terus memikirkan dirinya sendiri untuk
dapat terus maju dan berkembang. Akhirnya dia (yang punya penyakit iri dan
dengki) sendiri jalan ditempat atau bahkan mundur karena waktunya habis
digunakan memikirkan orang lain, sementara orang yang dipikirkannya terus maju.
Ketika
teman atau tetangga kita beli mobil, kita tidak perlu memikirkan dan bertanya-tanya
dari mana uangnya, atau bahkan mendo’akan supaya mobilnya tabrakan. Seharusnya
kita ikut senang, Alhamdulillah sebab sewaktu-waktu kit bisa ikut numpang atau
bahkan mungkin kita bisa pinjam. Sehingga ungkapan diatas harus diubah menjadi
: Susah ketika melihat orang lain susah
dan senag ketika melihat orang lain senang.
o.
Kelola
Stress
Stress
merupakan suatu kondisi yang di alami seseorang dalam menghadapi atau
menyelesaikan suatu permasalahan atau
pekerjaan, dimana yang bersangkutan merasa terjadinya ketegangan mental.
Kondisi tersebut bisa dicirikan oleh adanya
beberapa hal, antara lain :
ü Mulut
dan kerongkongan kering,
ü Napas
pendek dan dangkal,
ü Sakit
rahang,
ü Cenderung
lebih dingin dan bergejolak,
ü Selalu
pusing,
ü Rasa
panas dalam perut,
ü Detak
jantung lebih cepat,
ü Dan
tekanan darah naik.(Davidson,2000)
Stress
dapat menimpa siapapun, baik pria maupun wanita, baik anak-anak maupun dewasa
dan orang tua, baik yang tidak memiliki uang, , yang memiliki uang maupun yang
kelebihan uang. Derajat stress yang dialami masing-masing orang akan
berbeda-bedatergantung kepada kondisi yang bersangkutan, dan tergantung
seberapa kuat factor yang mempengaruhinya.
Untuk
mengelola stress dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
ü Memelihara
rasa humor,
ü Lakukan
peregangan secara teratur,
ü Berpikir
positif,
ü Persoalan
sehari-hari jangan jadi malapetaka,
ü Pijat,
ü Berjalan
kaki
p.
Lakukan
Delegas
Sejalan
dengan semakin berkembangnya suatu usaha, mana akan semakin komplekslah
tugas-tugas dan pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang wirausaha. Hal
ini sudah barang tentu akan menyita banyak waktu manajer untuk menjalankan
fungus managerialnya. Sedangkan seorang manajer memiliki keterbatasan, terutama
keterbatasan dalam mengendalikan para bawahannya, akibatnya semakin luas
rentang manajemen, maka akan seakin tidak efektif pekerjaan seorang manajer.
Para
ahli mengatakan bahwa manajemen merupakan seni untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan orang lain, artinya seorang wirausaha dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan tidaklah harus memikul beban tugas dan tanggung jawabnya
secara sendirian. Oleh karena itu delegasi merupakan cara yang paling tepat
untuk mencapai efektifitas ketika usaha mulai berkembang, sebab delegasiakan
menambah waktu luang bagi wirausaha sehingga dapat dipergunakan untuk hal-hal
yang lebi produktif. Wirausaha berhasil adalah mereka yang mampu memberikan
tugas secara tepat kepada para karyawan serta memastikannya bahwa pekerjaan itu
dapat diselesaikan dengan baik.
Proses
pendelegasian dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Tentukan
mana pekerjaan yang harus dilakukan sendiri secara langsung, dan mana pekerjaan
yang bisa dilakukan orang lain.
2) Pilih
orang yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan yang tepat, yakni yang memiliki
kemampuan dan waktu untuk melaksanakannya.
3) Instruksikan
pekerjaan yang harus mereka lakukan secara lengkap dan jelas, serta beri
kesempatan mereka mengerjakan dengan cara mereka sendiri, jika memang logis.
4) Berikan
perhatian yang cukup kepada mereka, terutama pada awal pendelegasian.
5) Pastikan
bahwa mereka memiliki sarana yang memadai untuk menyelesaikan pekerjaannya.
6) Lakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan.
BAB
III
KESIMPULAN
Seiring dengan aliran darah, detak
jantung dan hisapan nafas kita, sejalan dengan berputarnya bumi pada porosnya,
dan beredarnya bumi mengelilingi matahari serta beredarnya matahari,maka
waktupun terus berjalan tampa bisa
dihentikan barang sekejappun. Ketika aliran darah terhenti, detak jantung dan
hisapan nafas kita terhenti itu berarti kehidupan kita juga terhenti. Begitulah
waktu yang kita miliki akan terus berjalan dan senantiasa akan terus semakin
berkurang. Oleh karena itu kita perlu mengadakan evaluasi terhadap pemanfaatan
waktu yang biasa kita lakukan, jangan-jangan tanpa disadari kita telah
menghabur-hamburkan waktu yang sangat berharga itu dengan sia-sia.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak selamanya dapat menggunakan waktu seperti yang
kita inginkan. Ada pemborosan waktu yang memang tidak kita sadari, akan tetapi
ada juga kita melakukan pemborosan waktu itu dengan penuh kesadaran. Walaupun
kita manyadari betul bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan tertentu tidak
produktif, akan tetapi kadangkala kita sulit atau bahkan tidak memiliki
kemampuan untuk menghindarinya. Untuk dapat memanaje waktu secara baik,
terlebih dahulu perlu diketahui penyita waktu terbesar dalam kehidupan
sehari-hari. Hal-hal berikut ini merupakan kondisi-kondisi yang dapat menyita
waktu, sehingga penggunaannya menjadi tidak produktif :
Kesempurnaan
adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dicapai, atau bahkan tidak ungkin dapat
dicapai karena Kesempurnaan hanya milik Alloh SWT. Sering terjadi dalam
melakukan atau membuat sesuatu, orang berusaha untuk mencapai hasil yang ideal,
akan tetapi akhirnya malah tidak pernah tercapai atau bahkan mungkin tidak
pernah melakukan apapun. Mencari kesempurnaan seringkali hanya membuang-buang waktu
saja, oleh karena itu lakukanlah apa yang memang bisa dilakukan.
Sejalan
dengan semakin berkembangnya suatu usaha, maka akan semakin komplekslah
tugas-tugas dan pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang wirausaha. Hal
ini sudah barang tentu akan menyita banyak waktu manajer untuk menjalankan
fungus managerialnya. Sedangkan seorang manajer memiliki keterbatasan, terutama
keterbatasan dalam mengendalikan para bawahannya, akibatnya semakin luas
rentang manajemen, maka akan seakin tidak efektif pekerjaan seorang manajer.
Para
ahli mengatakan bahwa manajemen merupakan seni untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan orang lain, artinya seorang wirausaha dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan tidaklah harus memikul beban tugas dan tanggung jawabnya secara
sendirian. Oleh karena itu delegasi merupakan cara yang paling tepat untuk
mencapai efektifitas ketika usaha mulai berkembang, sebab delegasiakan menambah
waktu luang bagi wirausaha sehingga dapat dipergunakan untuk hal-hal yang lebi
produktif. Wirausaha berhasil adalah mereka yang mampu memberikan tugas secara
tepat kepada para karyawan serta memastikannya bahwa pekerjaan itu dapat
diselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Gymnastiar, 2004, Manajemen Qolbu Untuk
kepemimpinan, MQ Publishing Bandung
Abdul Malik
Al-Qasim, 2005, Waktu Nafas Yang Takkan
Kembali, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Alimarwan
Hanan, 2003, Seri Kebijakan Usaha
Penjaminan Kredit dan Perkuatan Usaha KUKM, Kementrian Koprasi dan UKM,
Jakarta
Amin Rais,
2008, Agenda-agenda mendesak Bangsa,
Selamatkan Indonesia, PPSK Press, Yogyakarta
Amin Wijaya
Tunggal, Manajemen Kewirausahaan, harvarindo,
2004, Jakarta
Arwan
Gunawan dan Yeti Apriliawati, 2003, Perancangan
Model Sistem Anggaran Untuk Usaha Kecil, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.
III. No. 1 April 2003. Politeknik Negeri Bandung.
Ary Ginanjar
Agustian, 2003, Rahasia Sukses Membangun
ESQ POWER Penerbit Arga, Jakarta.
Andrias
Harefa dan Eben Ezer Siadari, 2008. The
Ciputra Way, Praktik Terbaik Menjadi Entrepreneur, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Atkinson
Philip E, 1990, Achieving Results through
Time Management, Pitman Publishing, London.
Bank
Indonesia, 2003, Pemberdayaan Konsultan
Keuangan/Pendamping UMKM Mitra Bank,
Jakarta.
Browne, Mary
T, 2008, 5 Aturan Pikiran, Bagaimana Menggunakan
Kekuatan Pikiran Untuk Meraih Apa Yang Kita Inginkan, Gramedia Pustaka,
Jakarta.
Carniage,
Dale, 1992, Petunjuk Hidup Tenteram dan
Bahagia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ciputra,
2009, Ciputra Quantum Leap,
Entrepreneurship mengubah masa depan bangsa dan masa depan anda, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Darmadi
Darmawangsa, 2008, Champion, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Davinson,
Jeff, 2002, Penuntun 10 Menit Manajemen
Waktu, alih bahasa Niken Hendraswati, andi ofset Yogyakarta.
Departemen
Kooprasi, 1995, Beberapa Model
Pengembangan Usaha Kecil, Jakarta.
Dino Pati
Jalal, 2008, Harus Bisa Seni Memimpin Ala
SBY.
Dirjen PPK,
1999, Pedoman Pembinaan Koprasi dan
Pengusaha Kecil Melalui Pembiayaan Modal Ventura, Jakarta.
Edy Zaqeus,
2009, Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila,
Kintamani Publishing, Bekasi.
Emoto,
Masaru, 2006, The True Power of Water,
Bandung, MQ Publishing.
Kartawan,
Agus Susanto, 2009, Pengantar Manajemen
Syari’ah, Guardaya Intimarta, Bandung.
Kartawan, 2004,
Peluang Pengembangan Ekonomi Tasikmalaya
Pasca Pemilu, makalah disampaikan pada musyawarah Kadin, tanggal 20 April
2004.
Kartawan,
2004, Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Usaha Kecil, disampaikan pada
Bursa Kredit bagi UKM, Kerjasama UNSIL Bank Indonesia Kantor Tasikmalaya.
Longenecker,
Justin G, at, 2000, Small Busines
Management an Entrepreneurial Emphasis, Sout-Western College Publishing,
New York.
Marwansyah,
1999, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Pusat Penerbit administrasi Niaga Polban, Indonesia.
Maskur
Wiratmo, 2001, Pengantar Kewiraswastaan,
BPFE UGM
Meredith,
Geofrey, 1992, Kewirausahaan, Teori dan
Praktek, PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Muhammad
Syafii Antonio, 2007, Muhammad SAW. The
Super Leader Super Manager, Tazkia Multimedia & Pro LM Centre, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar