Minggu, 23 Februari 2014

PERAN GURU


          A. Peran Guru di Sekolah
 
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Sesuai dengan hasil telaahan penulis, ditemukan berbagai tulisan yang dikemukakan para pakar pendidikan tentang peran-peran (multiperan) yang diemban oleh guru di lingkungan sekolah yang utama adalah sebagai pendidik, pengajar dan pelatih peserta didik. Akan tetapi, sesuai adanya perkembangan baru sekitar proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan perannya, karena proses belajar mengajar sebagian besar ditentukan oleh peran guru di sekolah. Peran guru dalam proses belajar mengajar di sekolah selain peran utamanya adalah meliputi banyak hal, antara lain:
1.      Guru Sebagai Demonstrator dan Motivator
a.   Sebagai demonstrator, maka guru memiliki peran dalam memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis, dan apa yang disampaikannya itu betul-betul dapat dimiliki oleh peserta didik, sehingga mereka (peserta didik) akan mampu mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya pada tingkat keberhasilan yang lebih optimal. Untuk sampai ke tujuan tersebut, maka di samping guru sebagai demonstrator,
b. Sebagai motivator, yakni merangsang dan atau memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lama dikenal dengan istilah ing ngaso sun tulodo dan ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.  Dengan semboyang ini, maka sangat nampak bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangakut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

2.      Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
a.  Sebagai mediator, maka guru berperan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator menurut Sudirman AM, berarti guru sebagai penyedia media, yakni bagaimana upaya guru meyediakan dan mengorganisasikan penggunaan media pembelajaran. Karena guru
b. Sebagai mediator, praktis bahwa ia juga berperan sebagai fasilitator, yakni memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar yang sedemikian rupa, dan serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini, sesuai dengan paradigma “Tut Wuri Handayani”.

3.      Guru sebagai Evaluator dan Pengelola Kelas
a. Sebagai evaluator, maka guru berperan mengadakan evaluasi, yakni penilaian terhadap hasil yang telah dicapai oleh peserta didik. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan. Sekiranya, peserta didik belum sampai pada tingkat keberhasilan, maka guru dituntut lagi untuk lebih berperan
b.   Sebagai pengelola kelas, dalam arti bahwa ia berperan sebagai learning manager, yakni mengelola kelas dan mengarahkan lingkungan kelas agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan untuk keberhasilan siswa secara optimal.
Multiperan guru sebagaimana diuraikan di atas, sangat penting penjabaran-nya, dan akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan berfungsi dengan baik, karena berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Masih terkait dengan multiperan guru, oleh Mohamad Surya menyatakan bahwa peran guru di sekolah adalah dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, intsruksional, dan eksperiensal. Hal yang demikian ini mengandung makna bahwa peran harus dipertahankan, bahkan sebaiknya lebih ditingkatkan. Karena itu, maka guru juga dituntut untuk memiliki komitmen yang kuat dalam upaya menfungsikan multiperannya secara utuh dan menyeluruh.

B.     Peran Guru di Luar Sekolah
Di luar sekolah, guru juga memiliki multiperan yang signifikan. Di lingkungan keluarga misalnya, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau isteri), sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai unsur keluarga harus mampu mewujudkan keluarga yang kokoh, sehingga menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan.
Menurut Mohamad Surya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, guru harus menunjukkan kepribadiannya secara efektif agar menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator antara masyarakat dan dunia pendidikan. Dalam hal ini, Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan. Guru juga sebagai pemimpin  generasi muda, maka masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa.
Ringkasnya, multiperan guru yang disebutkan di atas, jika berfungsi sebagaimana mestinya, maka akan membawa lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat pada suasana edukatif, sehingga akan tercipta lingkungan yang berpendidikan, terarah dan menyeluruh, baik di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam pandangan penulis bahwa multiperan guru di luar sekolah, perlu diwujudkan secara nyata melalui satu pendekatan dan program yang dilaksanakan secara profesional, sistemik, sinergik, dan simbiotik dari semua pihak terkait.

C.      Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi

PEMBELAJARAN efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan (M. Sobry Sutikno).
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
  1. Motivasi Intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
  2. Motivasi Ekstrinsik adalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
  1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.      Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.      Saingan atau kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.      Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.      Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.      Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
1)     Membentuk kebiasaan belajar yang baik
2)     Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
3)     Menggunakan metode yang bervariasi, dan
4)     Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran



Tidak ada komentar:

Posting Komentar